Halaqah Silsilah Ilmiyyah 3 : Mengenal Rasulullah


1.PENTINGNYA MENGENAL RASULULLAH 


Halaqah yang Pertama dari Silsilah Ilmiyyah Mengenal Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah tentang “Pentingnya Mengenal Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam”.




Pertanyaan yang ke-2 yang setiap kita akan ditanya di alam kubur adalah tentang “Siapa Nabimu?”.


📝 Wajib atas setiap Muslim dan Muslimah untuk mengenal Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.


Beliau adalah;


💟 Muhammad Ibnu ‘Abdillāh Ibnu ‘Abdil Muththalib.

💟 Termasuk keturunan Nabi Ismā’īl bin Ibrāhīm ‘alayhimāssalām.

💟 Beliau Lahir di Mekkah.

💟 Dan diutus menjadi Nabi yang terakhir ketika berumur 40 tahun,

💟 kemudian menyampaikan risalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla selama 23 tahun.

💟 Meninggal di kota Madīnah

💟 Setelah Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyempurnakan agama ini bagi Beliau dan juga umatnya.


📝 Mengenal Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidaklah cukup hanya mengenal nama dan nasab Beliau, atau menghapal keluarga dan shahābat Beliau.


Mengenal Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah :


🅰 Mengenal tugas Beliau sebagai seorang utusan Allāh Subhānahu wa Ta’āla kepada kita.

🅱 Dan mengetahui apa kewajiban kita terhadap Beliau.


Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah mengutus Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada kita dengan membawa 4 perkara:


■ 1⃣ : Membawa perintah dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla supaya kita jalankan.

■ 2⃣ : Membawa larangan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla supaya kita jauhi.

■ 3⃣ : Membawa berita dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla supaya kita benarkan.

■ 4⃣ : Membawa tatacara ibadah dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla supaya kita beribadah kepada Allāh dengan cara tersebut.


📝 Kalau kita mena’ati Beliau di dalam 4 perkara ini, berarti kita pada hakekatnya telah menaati Allāh. 📝 Karena perintah, larangan, berita dan cara ibadah adalah dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla. 📝 Sedangkan tugas Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam hanyalah sekedar menyampaikan kepada kita.


مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ الله


“Barangsiapa yang mentaati Rasul, maka sungguh dia telah mentaati Allāh.” (QS An Nisā: 80)



2.RASULULLAH MEMBAWA PERINTAH DARI ALLAH


Halaqah yang ke-2 dari Silsilah Mengenal Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah “Mengenal Beliau Sebagai Seorang Rasul Yang Diantara Tugasnya Adalah Membawa Perintah Dari Allah Subhanahu wa Ta’ala”.


Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam sebagai seorang utusan, membawa perintah-perintah dari Allah. Beliau sampaikan perintah-perintah tersebut kepada kita supaya kita jalankan sesuai kemampuan kita.


Beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:


وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ


“Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian maka kerjakan sesuai kemampuan kalian”. (HR Muslim)


Dan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala ada 2 macam:


1⃣ Wajib

2⃣ Sunnah (dianjurkan)


🕋 WAJIB

Amalan yang wajib apabila kita tinggalkan maka berdosa, seperti:


✅ Shalat 5 waktu

✅ Berpuasa Ramadhan

✅ Haji bagi yang wajib

✅ Memakai hijab bagi wanita

✅ Dan lain-lain.


Maka ini adalah amalan-amalan yang wajib.


🕋 SUNAH

Adapun amalan yang sunnah apabila tidak dikerjakan seseorang tidak berdosa, seperti:


💚 Shalat rawatib

💚 Shalat dhuha

💚 Puasa Senin dan Kamis

💚 Puasa Nabi Daud

💚 Dan juga amalan-amalan sunnah yang lain.


🔖 Kita kerjakan perintah-perintah tersebut sesuai dengan kemampuan kita, misal :


📝 Bila kita tidak mampu shalat wajib dengan berdiri, maka kita duduk.

📝 Apabila seseorang tidak mampu melaksanakan sholat berjama’ah di masjid karena sakit, maka silahkan dia melaksanakan shalat tersebut di rumahnya.

📝 Apabila seseorang tidak mampu berpuasa Ramadhan karena sakit atau bepergian, maka bisa diganti pada hari-hari yang lain.

📝Orang yang tidak mampu shalat malam 11 raka’at, maka dia bisa shalat malam lebih sedikit dari itu.

📝Demikian pula orang yang tidak mampu berpuasa Daud ‘alaihissalam, maka bisa berpuasa dengan puasa yang lebih ringan dari itu.


📌 Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah memerintah kita dengan sebuah perintah kecuali di dalam perintah tersebut ada hikmah dan juga kebaikan bagi kita semua.



3. Rasulullah Membawa Larangan dari Allah 


Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebagai seorang utusan membawa larangan-larangan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala  Beliau sampaikan larangan-larangan tersebut kepada kita semua, supaya kita menjauhi.

Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ

“Apa yang aku larang maka hendaklah kalian jauhi.” (HR Muslim)

📗 Dan larangan Allāh Subhānahu Wa Ta’āla ada 2 macam :

🅰 Haram
🅱 Makruh, yaitu dibenci

➡ HARAM

Larangan yang haram apabila dikerjakan maka berdosa, seperti

⛔ Berzina
⛔ Membunuh tanpa haq
⛔ Riba
⛔ Berdusta
⛔ Ghībah (membicarakan orang lain)
⛔ Sihir
⛔ Perdukunan
⛔ Minum minuman keras
⛔ Dan lain-lain.

➡ MAKRUH

Adapun larangan yang makruh, maka apabila dikerjakan perbuatan tersebut dibenci akan tetapi tidak sampai kepada dosa, seperti misalnya :

🔴 Memakan bawang merah & bawang putih dalam keadaan masih mentah
🔴 Makan minum dengan bersandar
🔴 Tidur sebelum shalat ‘Isya
🔴 Dan lain-lain.

Kita sebagai seorang Muslim dan juga Muslimah hendaklah meninggalkan larangan-larangan tersebut. Dan yakin bahwasanya Allāh Subhānahu Wa Ta’āla tidaklah melarang sesuatu kecuali di sana ada hikmahnya dan ada kebaikan bagi diri kita. Terkadang kita mengetahui hikmah tersebut dan terkadang kita tidak mengetahuinya.


4. Rasulullah membawa berita dari Allah 

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebagai seorang utusan, diantara tugasnya adalah membawa berita-berita dari Allāh.

Baik berita di masa lalu, seperti: kisah-kisah para Nabi & umat-umat terdahulu.
Maupun berita di masa yang akan datang, seperti: kejadian setelah mati dan kejadian-kejadian di hari akhir.

Kewajiban kita sebagai seorang yang beriman adalah membenarkan berita-berita tersebut, bila memang dalilnya shahīh.

Allāh berfirman:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (٣) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (٤)

“Dan tidaklah Beliau berbicara dari hawa nafsunya. Tidaklah ucapan Beliau kecuali wahyu yang diwahyukan kepada Beliau.” (QS An-Najm: 3-4)

Kalau kita benarkan Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam, maka sebenarnya kita telah membenarkan Allāh.
Dan kalau kita dustakan Beliau, maka sebenarnya kita telah mendustakan Allāh Subhānahu wa Ta’āla .
Akal yang sehat tidak akan bertentangan dengan dalil yang shahīh.
Apabila dalil yang shahīh sepertinya tidak masuk akal, maka ketahuilah bahwasanya kekurangan ada di dalam akal kita yang memang sangat terbatas, bukan pada dalil.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dikenal oleh kaumnya sebagai orang yang jujur semenjak sebelum Beliau diutus menjadi nabi. Tidak pernah Beliau sekalipun berdusta :

Baik kepada anak kecil, sebaya maupun kepada orang tua.
Baik ketika bercanda maupun dalam keadaan sungguh-sungguh.

Apabila Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak berani untuk berdusta atas nama Beliau dan juga atas nama manusia, maka bagaimana Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam berani berdusta atas nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla Rabbul ‘ālamīn ?


5. Rasulullah Membawa tata cara beribadah dari Allah 

Allāh Subhānahu wa Ta’āla ketika mengutus seorang Rasūl untuk menyampaikan perintah beribadah, juga mengutus Rasūl tersebut untuk menyampaikan tata cara ibadah tersebut.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam : 

✅ Membawa perintah shalat dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan juga membawa tata caranya.

✅ Membawa perintah puasa dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan juga membawa tata caranya.

✅ Cara ibadah tidak diserahkan kepada akal kita masing-masing atau kepada budaya atau kepada guru kita.

✅ Akan tetapi tata cara ibadah adalah dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla melalui lisan Rasul-Nya shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

✅ Dan Allāh tidak menerima amal ibadah kecuali yang dilakukan sesuai dengan cara yang telah diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.


Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:


مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ


“Barang siapa yang mengamalkan sebuah amalan yang tidak ada dalilnya dari kami maka amalan tersebut tertolak.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Imām Muslim rahimahullāh)


✅ Barang siapa yang mengaku sebagai pengikut Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam, maka hendaklah dia mencukupkan diri dengan ibadah yang sudah Beliau ajarkan.

✅ Tidak boleh dia membuat ibadah yang baru yang tidak diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

✅ Dan tidak boleh dia beribadah, kecuali setelah yakin bahwa dalilnya shahīh.

✅ Alhamdulillāh, semua ibadah yang mendekatkan diri kita kepada surga telah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam ajarkan.


Beliau pernah mengatakan:


مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ إِلاَّ وَ قَدْ بُيِّنَ لَكُمْ


“Tidaklah tersisa sesuatupun yang mendekatkan diri kepada surga dan menjauhkan dari neraka kecuali sudah diterangkan kepada kalian.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Thabrāni di dalam Al Mu’jāmil Kabīr)

✅ Lebih baik seseorang beribadah sedikit tetapi berdasarkan dalil yang shahih, dari pada dia beribadah yang banyak akan tetapi tidak berdasarkan dalil yang shahih.


6. Inti Dakwah Rasulullah 

Inti dakwah Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah sama dengan inti dakwah Nabi-nabi sebelum Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam, Yaitu mengajak manusia untuk meng-Esa-kan Allāh di dalam ibadah dan meninggalkan kesyirikan.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Kami mengutus sebelummu seorang Rasul kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Aku, maka hendaklah kalian menyembah-Ku.” (QS Al Anbiya: 25)

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman tentang Nabi Nūh, Rasul yang pertama:

لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ

“Sungguh Kami telah mengutus Nūh kepada kaumnya maka dia berkata, ‘Wahai kaumku sembahlah Allāh, kalian tidak memiliki sesembahan selain Dia’.” (QS Al A’rāf: 59)

Ucapan yang semakna juga diucapkan oleh Nabi-nabi setelah Beliau.

Lihat Surat Al Araf: 65, 73 & 85.

  Demikian pula Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, selama 10 tahun pertama, Beliau berdakwah kepada tauhid dan mengingatkan manusia dari kesyirikan.
  Kemudian turunlah kewajiban shalat 5 waktu pada tahun ke-10 kenabian dan tidak disyariatkan kebanyakan syariat kecuali di kota Madinah.
  Ketika manusia sudah memiliki aqidah yang kuat (tauhid yang benar), seperti puasa Ramadhān, zakat, haji, adzan dan lain-lain.
  Yang demikian karena amal ibadah tidak diterima oleh Allāh kecuali bila dalam diri seseorang ada tauhid.
  Oleh karena itu, wasiat Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada Mu’ādz bin Jabal ketika mengutusnya ke Yaman untuk berdakwah adalah :

“Hendaknya engkau mengajak kepada syahādat “لا إله إلا الله” dan syahādat “محمد رسول الله.” (HR Bukhāri dan Muslim)

Dan sampai akhir hayat Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam, Beliau berusaha menjaga tauhid dan membentengi umat dari kesyirikan.
Lima hari sebelum Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam meninggal dunia, Beliau mengingatkan umat Islam bahwa orang-orang sebelum mereka dahulu menjadikan kuburan Nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah atau masjid.
Maka Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam melarang menjadikan kuburan sebagai masjid. (HR Muslim)

Yang demikian karena membangun masjid di atas kuburan adalah pintu menuju kesyirikan. Semua ini menunjukkan bahwasanya inti dakwah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah TAUHID.


7. Rasulullah adalah Rasul Terakhir 

Rasūlullāh Shallallāhu ‘alayhi wa sallam meninggal pada tahun ke-11 Hijriah setelah menyempurnakan tugas menyampaikan risalah dari Allāh. Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam meninggal dunia sebagaimana manusia yang lain yang juga meninggal dunia.

Allãh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

كُلُّ نَفۡسٍ۬ ذَآٮِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِ

“Setiap jiwa akan merasakan kematian.” (QS Āli ‘Imrān: 185)

Dan Allãh Subhānahu wa Ta’āla juga berfirman:

إِنَّكَ مَيِّتٌ۬ وَإِنَّہُم مَّيِّتُونَ

“Sesungguhnya engkau akan meninggal dunia dan mereka akan meninggal dunia” (QS Az Zumār: 30 )

Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah Rasul terakhir, tidak ada Rasul sepeninggal Beliau.

Allãh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ۬ مِّن رِّجَالِكُمۡ وَلَـٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّـۧنَۗ

“Bukanlah Muhammad bapak salah seorang laki-laki di antara kalian, akan tetapi Beliau adalah Rasūlullāh dan penutup para Nabi.” (QS Al Ahzab: 40)

Dalil-dalil dari hadits Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam bahwasanya Beliau adalah Nabi terakhir mencapai derajat mutawatir.

Dan sebagian ulama mengatakan :

Kalau seseorang tidak mengetahui bahwa Muhammad Shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah Nabi terakhir maka dia bukan Muslim, karena ini termasuk perkara yang diketahui secara darurat di dalam agama Islam.

Di antara hadits yang menunjukkan bahwasanya Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah Nabi yang terakhir adalah sabda Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

وإِنَّهُ سَيَكُونُ مِنْ أُمَّتِي كَذَّابُونَ ثَلَاثُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيُّ وَأَنَا خَاتَمُ الْأَنْبِيَاءِ لَا نَبِيَّ بَعْدِي

“Sesungguhnya akan ada di antara umatku 30 orang pendusta, semuanya mengaku menjadi Nabi dan aku adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi setelahku”. (Hadits shahih diriwayatkan oleh Abū Dāwūd)

Dan di dalam sebuah hadits yang Mutaffaqun ’alaih, Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

وأنا العاقِبُ الَّذي ليسَ بعدَه نبيٌّ

“Dan aku adalah Al ‘Āqib (yang terakhir) yang tidak ada setelahnya Nabi.”

Meskipun Rasūlullāh Shallallāhu ‘alayhi wa sallam meninggal dunia Allãh Subhānahu wa Ta’āla akan menjaga agama ini dengan menjaga sumbernya yaitu Al Qurān dan juga Al Hadīts dan menyiapkan para ulama yang amanat untuk menyampaikan keduanya kepada umat.

Allãh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُ ۥ لَحَـٰفِظُونَ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qurān dan sesungguhnya Kami akan menjaganya” (QS Al Hijr: 9)

Dan Rasūlullāh Shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ

“Dan sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham akan tetapi mereka mewariskan ilmu.” (HR Abū Dāwūd, Tirmidzi dan Ibnu Mājah dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullāh)


Halaqah Silsilah Ilmiyyah 2 : Mengenal ALLAH Subhanahuwata'ala


1. PENTINGNYA MENGENAL ALLAH, RASUL DAN AGAMA ISLAM 


Halaqah yang pertama dari Silsilah Ilmiyyah  “Mengenal Allāh Subhānahu wa Ta’āla” adalah Tentang pentingnya Mengenal Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Mengenal Rasulullah Shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan Agama Islam.



Rasulullah Shallallāhu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa setiap manusia apabila meninggal dunia maka dialam kubur akan ditanya oleh 2  malaikat tentang 3 perkara :

Siapa Tuhanmu?

Siapa Nabimu? dan

Apa Agamamu?

Oleh karena itu wajib seorang Muslim dan juga Muslimah untuk mempersiapkan diri terkait 3 perkara tersebut.

Perlu diketahui bahwasanya untuk menjawab pertanyaan tersebut tidak cukup dengan menghafal. Sebab seandainya menghafal itu cukup niscaya orang munafik pun bisa menjawab pertanyaan. Tetapi yang dituntut adalah pemahaman dan juga pengamalan.

Barangsiapa yang di dunia :

  • Mengenal Allāh dan memenuhi hakNya,

  • Mengenal Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan memenuhi haknya,

  • Mengenal agama Islam dan mengamalkan isinya,

Maka diharapkan dia bisa menjawab pertanyaan dengan baik dan mendapatkan kenikmatan di dalam kuburnya.

Namun apabila dia :

  • Tidak mengenal siapa Allāh dan tidak memenuhi hakNya,

  • Tidak mengenal Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan tidak memenuhi haknya,

  • Tidak atau kurang mengenal ajaran Islam dan tidak mengamalkannya,

Maka ditakutkan dia tidak bisa menjawab pertanyaan sehingga akibatnya siksa kubur yang akan dia dapatkan.



2. Mengenal Allah Sebagai Pencipta 



Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah Dzat Yang Maha Pencipta, menciptakan dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Dialah Allāh yang telah menciptakan langit, menciptakan bumi, manusia, dan seluruh alam semesta.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ

“Itu adalah Allāh Rabb kalian yang telah menciptakan segala sesuatu.” (QS Ghāfir: 62)

Dialah Allāh, Al-Khāliq Yang Maha Pencipta, sedangkan selain Allah adalah makhluk yang diciptakan. Mereka tidak bisa mencipta meskipun diagung-agungkan dan disembah oleh manusia.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ الله لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ ۖ.

“Wahai manusia, telah dibuat perumpamaan bagi kalian maka hendaklah kalian mendengarnya. Sesungguhnya segala sesembahan yang kalian sembah selain Allāh, tidak akan bisa menciptakan seekor lalat, meskipun mereka bersatu padu untuk membuat seekor lalat tersebut.” (QS Al-Hajj: 73)

Berkumpul dan bekerja sama saja mereka tidak mampu untuk mencipta, bagaimana mencipta sendirian? Menciptakan seekor lalat yang sedemikian sederhana susunan tubuhnya mereka tidak mampu maka bagaimana mereka menciptakan makhluk yang lebih rumit.

Seorang Muslim wajib meyakini bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah satu-satunya Pencipta dan tidak ada yang mencipta selain Allah Subhanahu wa Ta’ala . Barangsiapa yang meyakini ada yg mencipta selain Allah, maka sungguh telah melakukan syirik besar.



3. Allah Sebagai Pemberi Rezeki

Di antara nama Allāh ‘Azza wa Jalla adalah Ar Razzāq yang artinya Yang Maha Memberi Rezeki. Allāh Subhānahu wa Ta’āla menciptakan makhluk dan memberikan rezeki kepada mereka. Bahkan Allāh ‘Azza wa Jalla telah menulis rezeki makhluk-Nya jauh sebelum Allāh menciptakan mereka.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

قدر الله مقادير الخلائق قبل أن يخلق السموات والأرض بخمسين ألف سنة

“Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menentukan (telah menulis) takdir bagi makhluk-makhlukNya 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” (HR Muslim, Tirmidzi dan Ahmad)

Allāh Subhānahu wa Ta’āla menciptakan rezeki tersebut dan menyampaikannya kepada makhluk sesuai dengan waktu yang sudah Allāh Subhanahu wa Ta’ala tentukan sebelumnya.

Maka tidak akan meninggal seseorang sampai dia mendapatkan rezeki terakhir yang menjadi jatahnya, meskipun rezeki tersebut ada di puncak gunung atau bahkan ada di bawah lautan.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

“Tidak ada seekor binatang melata pun yang ada di permukaan bumi ini melainkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang akan memberikan rezekinya.” (QS Hūd: 6)

Siapa sesembahan selain Allāh yang bisa melakukan demikian ?

Adakah selain Allāh Subhanahu wa Ta’ala sesembahan yang bisa memberi makan sekali saja untuk seluruh makhluk yang ada di bumi ini mulai dari manusia, jin, hewan dan tumbuhan?

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ

“Wahai manusia, hendaklah kalian mengingat nikmat Allāh atas kalian. Adakah yang mencipta selain Allāh, yang memberikan rizki kepada kalian dari langit maupun dari bumi ? Tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia. Oleh karena itu kenapa kalian dipalingkan? (QS Fāthir: 3)


4. Mengenal Allah Sebagai Satu - satunya Dzat yang Berhak disembah 

Dialah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang :

Mengatur alam semesta ini.

Mematikan makhluk dan menghidupkan.

Memuliakan makhluk dan menghinakan.

Mengganti siang menjadi malam, malam menjadi siang.

 Menerbitkan matahari dan menenggelamkan.


Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

ﻳُﺪَﺑِّﺮُ ﭐﻟۡﺄَﻣۡﺮَۖ

“Dialah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang mengatur seluruh perkara.” (QS As-Sajdah: 5)

Tidak ada yang mengatur selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dialah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menerbitkan matahari dari timur. Maka siapa selain Allāh yang bisa menerbitkan matahari dari barat?

Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām berkata kepada salah seorang yang mengaku sebagai Tuhan selain Allāh, beliau berkata:

“Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menerbitkan matahari dari timur, maka silahkan engkau kalau engkau memang Tuhan, terbitkan matahari dari barat. Maka orang kafir tersebut tidak bisa berbuat apa-apa.” lihat surah Al Baqarah ayat 258

Al Baqarah ayat 258Al Baqarah ayat 258

Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menjadikan siang. maka siapa yang mengganti siang menjadi malam selain Allāh?

Tidak ada yang mengatur alam semesta kecuali Allāh dan tidak ada sesembahan selain Allāh yang membantu Allāh untuk mengatur alam semesta ini.

Oleh karena itu, seorang Muslim tidak boleh meyakini bahwasanya ada selain Allāh yang mencipta, memberikan rizki dan juga mengatur alam semesta, siapapun dia dan bagaimanapun kedudukannya di sisi Allāh.

Barangsiapa yang berkeyakinan bahwasanya ada selain Allāh yang mencipta, memberikan rezeki dan juga mengatur alam semesta maka dia telah menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.


5. Mengenal Allah Sebagai satu - satunya Dzat yang berhak untuk disembah


Apabila Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah satu-satunya Dzat yang mencipta, memberikan rezeki dan juga mengatur alam semesta, maka tuntutannya kita tidak boleh menyembah kecuali hanya kepada Allāh.

Tidak ada yang berhak disembah dan diibadahi kecuali Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata.

Allāh berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (٢١

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٢٢

“Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian, yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian supaya kalian bertaqwa ? Itulah Rabb kalian. Yang telah menjadikan bagi kalian bumi sebagai hamparan dan langit sebagai bangunan dan telah menurunkan dari langit air. Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengeluarkan dengan air tersebut buah-buahan sebagai rezeki bagi kalian. Maka janganlah kalian menjadikan bagi Allāh sekutu-sekutu sedangkan kalian mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 21-22)

 Maksudnya janganlah kalian menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla (menyembah kepada selain Allāh) sedangkan kalian tahu bahwasanya Allāh yang mencipta, memberikan rezeki dan juga mengatur alam semesta ini.

Selain Allāh tidak berhak untuk disembah karena dia bukan pencipta, bukan pemberi rezeki dan bukan pengatur alam semesta.

Apabila mereka disembah maka mereka adalah sesembahan yang bathil.

ذَٲلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدۡعُونَ مِن دُونِهِ ٱلۡبَـٰطِلُ

“Yang demikian itu karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dialah sesembahan yang haq yang memang berhak untuk disembah. Sedangkan apa yang mereka sembah selain Allāh adalah sesembahan yang bathil, yang tidak berhak untuk disembah.” (QS Al Hajj ayat 62)

Apabila seseorang meyakini Allāh yang mencipta, memberikan rezeki dan juga mengatur alam semesta kemudian dia masih menyembah selain Allāh atau menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allāh, maka dia telah berbuat syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam ibadah.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah ditanya oleh seorang sahabat:

“YA RASULULLAH, APA DOSA YANG PALING BESAR DI SISI ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA ?”

Maka Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan :

أَنْ تَجْعَلَ لِلّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَك

“Dosa yang paling besar adalah engkau menjadikan sekutu bagi Allāh Subhānahu wa Ta’āla padahal Dialah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang telah menciptakan dirimu.”

(HR Imām Al-Bukhāri dan Imām Muslim, dari shahābat Ibnu Mas’ūd radhiyallāhu ‘anhumā).



6. Keyakinan Allah Sebagai Pencipta , Pemberi rezeki dan pengatur alam semesta tidaklah cukup memasukkan seseorang ke dalam agama Islam 

Kaum muslimin meyakini bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah Pencipta, Pemberi Rizki dan juga Pengatur Alam Semesta adalah sebuah kewajiban, yang tidak sah keimanan seseorang sampai dia meyakini yang demikian.

Namun meyakini hal itu saja tidaklah cukup untuk memasukkan seseorang ke dalam agama Islam. Dan belum bisa menjadi pembeda antara seorang yang Muslim dengan orang yang kāfir.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman di dalam Al-Qurān menceritakan tentang ucapan iblis.

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ

Allāh berkata (kepada iblis) : “Apa yang mencegahmu untuk sujud (kepada Ādam) ketika Aku memerintahkan kepadamu?” Iblis mengatakan: “Aku lebih baik daripada dia. Engkau telah menciptakan aku dari api dan menciptakan dia dari tanah.” (QS Al-A’rāf: 12)

Ayat ini menunjukan bahwa Iblis mengenal Allāh Subhānahu wa Ta’āla sebagai Dzat yang menciptakan dirinya.

Orang-orang musyrikin Quraisy ketika mereka ditanya:

“Siapa yang menciptakan?”

“Siapa yang memberikan rezeki kepada mereka?”

“Siapa yang mengatur alam semesta ini?”

Mereka mengatakan: “Allah”.

Allah berfirman : 

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللهُ

“Dan seandainya engkau (wahai Muhammad) bertanya kepada mereka ‘Siapa yang menciptakan langit dan juga bumi?’, niscaya mereka mengatakan ‘Allāh’.” (QS Az-Zumār: 38)

Meskipun mereka meyakini hal yang demikian, akan tetapi Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam memerangi mereka.

KENAPA DEMIKIAN ?

Karena orang-orang musyrikin Quraisy tersebut tidak mentauhidkan Allah yaitu tidak mengEsakan Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam beribadah.

Oleh karena itu, setiap Muslim perlu mengetahui “Apa Pengertian Ibadah Dan Macam-macamnya” sehingga dia tidak menyerahkan satu ibadah pun kepada selain Allāh.


7. Pengertian Ibadah dan Macam - macamnya 


Ibadah adalah seluruh perkara yang dicintai dan diridhai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, baik berupa ucapan maupun perbuatan yang zhahir maupun yang bathin.


Seseorang bisa mengetahui sesuatu dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan beberapa cara, di antaranya :


💟 APABILA SESUATU TERSEBUT DIPERINTAHKAN OLEH ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA’ĀLA

Maka kita mengetahui bahwasanya sesuatu tersebut adalah ibadah, karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak memerintah kecuali dengan sesuatu yang Allāh cintai.

Termasuk di antaranya: APABILA ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA’ĀLA DIKETAHUI MEMUJI PELAKUNYA

Maka kita mengetahui bahwasanya sesuatu tersebut adalah dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

💟 DOA ADALAH IBADAH KARENA ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA’ĀLA MEMERINTAHKAN.

ٱدۡعُونِىٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ

“Berdo’alah kalian kepadaKu niscaya Aku akan mengabulkan.” (QS Ghāfir: 60)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda di dalam sebuah hadīts :

الدُّعَاءُهُوَ الْعِبَادَةُ

“Do’a itu adalah ibadah.” (HR Abū Dāwūd no. 1479, At-Tirmidzi no. 2969, Ibnu Mājah no. 3828 dan Ahmad 4/267; dari shahābat Nu’man bin Basyīr)

Dengan demikian syirik hukumnya (apabila) berdo’a kepada selain Allāh, baik kepada seorang Nabi, seorang malaikat, seorang jin, orang yang shalih dan lain-lain.

💟 MENYEMBELIH ADALAH IBADAH

Allāh berfirman :

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ

“Hendaklah engkau shalat untuk Rabb-mu dan juga menyembelih untuk Rabb-mu.”(QS Al-Kautsar: 2 )

Dan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :


لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ

“Allāh Subhānahu wa Ta’āla melaknat seseorang yang menyembelih untuk selain Allāh.” (HR Muslim 1978, dari shahābat ‘Ali radhiyallāhu ‘anhu)

Dengan demikian termasuk syirik hukumnya (apabila) seseorang menyembelih untuk jin, atau untuk syaikh atau untuk yang lain, selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

✅ Seperti bernadzar, ber-istighatsah, bersumpah, bertawakal, rasa takut, rasa cinta, maka semua ini termasuk jenis-jenis ibadah.

⛔ Tidak boleh sekali-kali seorang Muslim menyerahkan salah satu dari ibadah-ibadah tersebut kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.


8. Diantara Kesyirikan Musyrikin Quraisy 

Diantara bentuk kesyirikan orang-orang Musyrikin Quraisy adalah :

Berdo’a, Meminta dan bertaqarrub kepada orang-orang shālih yang sudah meninggal.

Menyerahkan sebagian ibadah kepada mereka dengan tujuan supaya:

Mendapatkan syafa’at mereka disisi Allāh. dan dengan tujuan. Mencari kedekatan kepada Allāh.

Allāh sendiri telah menceritakan keyakinan mereka di dalam Al Qurān dan Allāh mengingkarinya.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ ۚ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Dan mereka menyembah kepada selain Allāh, sesuatu yang tidak memudharati mereka dan tidak pula memberi manfaat. Dan mereka berkata, ‘Mereka adalah pemberi syafa’at bagi kami disisi Allāh.’ Katakanlah: ‘Apakah kalian akan mengabarkan kepada Allāh sesuatu yang Allāh tidak ketahui di langit maupun di bumi?’ Maha Suci Allāh dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan.” (QS Yūnus :18)

Dalam ayat ini Allāh Subhānahu wa Ta’āla menamakan perbuatan mereka sebagai bentuk menyekutukan Allāh.

Dalam ayat yang lain, Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ

“Ketahuilah bahwa milik Allāh-lah agama yang tulus. Dan orang-orang yang menjadikan selain Allāh sebagai sekutu, (mereka mengatakan) ‘Tidaklah kami menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allāh.’ Sesungguhnya Allāh akan menghukumi diantara mereka di dalam apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allāh tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang berdusta lagi sangat ingkar.” (QS Az Zumar: 3)

Ayat ini menunjukan bahwa tujuan mereka menyembah orang-orang shālih adalah supaya orang-orang shālih tersebut mendekatkan mereka kepada Allāh.

Cara meraih syafa’at di hari kiamat adalah dengan memurnikan tauhid, bukan dengan kesyirikan.

Dan cara dekat dengan Allāh adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan iman dan amal shālih, yang wajib maupun yang sunnah, sebagaimana orang-orang shālih tersebut melakukannya.

Tidak boleh seseorang menyamakan Allāh dengan seorang kepala negara yang sulit menyampaikan hajat kepadanya kecuali melalui perantara dan para pembantunya.

Tidak boleh seseorang menyerupakan Allāh dengan siapapun karena Allāh Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Mengetahui dan Maha Berkuasa.

Sedangkan seorang kepala negara, maka dia adalah makhluq yang lemah, tidak mampu melakukan seluruh pekerjaannya kecuali dibantu oleh para pembantunya.


9. Mengenal ALLAH dengan Mahluk NYA 

Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menciptakan makhluk-makhluk, supaya manusia berakal memikirkannya, sehingga mereka mengenal Dzat yang telah menciptakan mereka.

Besarnya makhluk serta luasnya

Seperti langit yang tujuh, bumi, kursi Allāh dan ‘Arsy-Nya menunjukkan tentang kebesaran Allāh.

Keteraturan gerakan dan perjalanan

Seperti perjalanan matahari dan bulan menunjukkan kekuasaan dan pengawasan Allāh yang tidak pernah berhenti.

Kejelian dalam penciptaan menunjukkan hikmah-Nya dan keluasan ilmu-Nya.

Manfaat yang ada dalam ciptaan-Nya :

Menunjukan Rahmat Pencipta yang luas.

Menunjukan Karunia Allāh yang meliputi segala sesuatu.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهارِ لَآياتٍ لِأُولِي الْأَلْبابِ (١٩٠) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيامًا وَقُعُوداً وَعَلى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنا مَا خَلَقْتَ هَذَا باطِلاً سُبْحانَكَ فَقِنا عَذابَ النَّارِ (١٩١)

“Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam ada tanda-tanda bagi orang yang memiliki akal, yaitu orang-orang yang mengingat Allāh, baik dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi. Wahai Rabb kami, tidaklah engkau menciptakan ini semua dengan bathil (sia-sia). Maha Suci Engkau, maka jagalah kami dari adzab neraka.” (QS Āli ‘Imrān: 190-191)

Hendaknya seorang Muslim meluangkan waktunya untuk memikirkan makhluk-makhluk Allāh supaya dia:

Semakin mengenal Allāh penciptanya.

Semakin yakin dan mantap dalam menjalankan syariat Islam.

Merasa takut dengan azab Allah

Semakin dekat dengan Allāh.

Semakin mengEsakan Dia di dalam beribadah.


10. Mengenal Allah dengan nama dan sifatNYA 

Allah telah mengabarkan di dalam Al Quran bahwa Allah memiliki nama dan sifat.

Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,

ﻭَﻟِﻠَّﻪِ ﭐﻟۡﺄَﺳۡﻤَﺎٓﺀُ ﭐﻟۡﺤُﺴۡﻨَﻰ

“Dan Allah memiliki nama-nama yang paling baik.” (QS Al-A’raf: 180)

Allah Subhānahu wa Ta’āla juga berfirman,

ﻭَﻟِﻠَّﻪِ ﭐﻟۡﻤَﺜَﻞُ ﭐﻟۡﺄَﻋۡﻠَﻰ

“Dan Allah memiliki sifat-sifat yang paling tinggi.” (QS An-Nahl: 60)


Kita mengenal Allah dengan nama dan juga sifat tersebut.


✅ Kita mengenal Allah sebagai Dzat Yang Maha Penyayang karena Dia adalah Ar Rahman, Ar Rahim.

✅ Kita mengenal Allah sebagai Dzat Yang Maha Pengampun karena Dia adalah Al-Ghafur, dan seterusnya.

Allah juga mengabarkan di dalam Al-Quran bahwa di antara sifat Allah adalah:

🕌 Beristiwa’ di atas ‘Arsy

🕌 Bahwa Allah memiliki dua tangan

🕌 Bahwa Allah berada di atas (Langit)

🕌 Turun ke langit dunia pada setiap sepertiga malam yang terakhir sebagaimana dikabarkan Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

🕌 Dan juga sifat-sifat yang lain.

🕋 Kewajiban kita sebagai seorang Muslim adalah menetapkan nama dan juga sifat tersebut, karena Allah lebih tahu tentang diri-Nya daripada kita semua. Dan Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam lebih tahu tentang Allah daripada kita.


Tidak boleh seorang Muslim menolak nama-nama dan juga sifat-sifat tersebut.

Dan tidak boleh dia menyerupakan dengan selain Allah, karena Allah berfirman:


ﻟَﻴۡﺲَ ﻛَﻤِﺜۡﻠِﻪِۦ ﺷَﻰۡﺀٌ۬ۖ ﻭَﻫُﻮَ ﭐﻟﺴَّﻤِﻴﻊُ ﭐﻟۡﺒَﺼِﻴﺮ

“Tidak ada yang serupa dengan Allah dan Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Asy-Syura: 11)

📌 Jadi yang benar, yang seharusnya dilakukan oleh seorang Muslim adalah :

📝Menetapkan nama dan juga sifat tersebut sebagaimana datangnya, sesuai dengan keagungan dan kebesaran Allah, tanpa menyerupakan dengan selainnya dan tanpa mentakwil nama dan juga sifat tersebut.