Halaqah Silsilah Ilmiyyah 5 : FITNAH KUBUR

 Di antara beriman kepada hari akhir adalah beriman dengan adanya fitnah kubur. Fitnah secara bahasa artinya adalah ujian. Fitnah kubur adalah tiga pertanyaan yang akan diajukan oleh malaikat Munkar dan Nakir kepada mayit baik seorang mukmin, kafir maupun munafik. Ditanya tentang siapa Rabb-nya? Siapa Nabi-nya? Dan apa agamanya?



Suatu hari Rasulullah ﷺ pernah menguburkan mayat bersama para sahabat. Kemudian beliau berkata kepada mereka :

اسْتَغْفِرُوا ؛ لِأَخِيكُمْ وَاسْأَلُوا لَهُ التَّثْبِيتَ ، فَإِنَّهُ الْآنَ يُسْأَلُ

Hendaklah kalian memohon ampun untuk saudara kalian dan mintalah untuknya ketetapan hati karena sesungguhnya dia sekarang sedang ditanya (Hadits Shahih Riwayat Abu Daud)

Yang akan bisa menjawab pertanyaan dengan baik adalah orang yang sudah Allah tetapkan hatinya. Adalah dia yang dahulu ketika di dunia mengenal Allah, mengenal Rasul-Nya dan juga mengenal agama islam. Kewajiban seorang muslim adalah bersungguh-sungguh mempersiapkan jawaban yang benar untuk menghadapi ujian yang soal-soalnya sudah dibocorkan ini. 

Ada beberapa orang yang mereka kelak tidak akan menghadapi fitnah kubur. Di antaranya adalah para syuhada yaitu orang-orang yang meninggal di dalam peperangan di jalan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ : 

“Yaa Rasulullah, mengapa orang-orang yang beriman diuji di dalam kubur mereka kecuali orang yang syahid?” Maka Rasulullah ﷺ menjawab :

كَفَى بِبَارِقَةِ السُّيُوْفِ عَلَى رَأْسِهِ فِتْنُةً

Cukuplah kilatan pedang di atas kepalanya sebagai ujian (Hadits Shahih Riwayat An-Nasa’i).

Di antara mereka adalah orang yang meninggal di hari jumat atau malam jumat. Rasulullah ﷺ bersabda :

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ

Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari jumat atau malam jumat kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menjaganya dari fitnah kubur (Hadits Hasan Riwayat Tirmidzi)

Kita memohon kepada Allah menetapkan hati kita dan orang-orang yang kita cintai di dalam menghadapi fitnah kubur.


Halaqah Silsilah Ilmiyyah 5 : Beriman Pada Hari Akhir , Bagian 1 ( Halaqah 6 - 7 )

 6. Penghapus Dosa / Senin 05 Juni 2023 

Halaqah yang ke-6 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang “Penghapus Dosa”



Setiap anak Adam pasti memiliki dosa. Untuk itu setiap muslim hendaknya mengetahui perkara-perkara yang bisa menghapus dosa tersebut, supaya dia keluar dari dunia ini dengan keadaan sebersih mungkin dari dosa. Empat perkara yang apabila diamalkan bisa menghapus dosa seseorang :

Yang pertama adalah taubat yang nasuha Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman :

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةً۬ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَيِّـَٔاتِكُمۡ

Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat yang nasuha, semoga Rabb kalian menghapus dosa-dosa kalian”. (At-Tahrim : 8)

Taubat yang nasuha adalah taubat yang memenuhi tiga syarat : 

  1. penyesalan yang mendalam, 

  2. meninggalkan kemaksiatan tersebut 

  3. bertekad kuat untuk tidak melakukannya di masa yang akan datang. Apabila dosa tersebut berkaitan dengan hak orang lain maka hendaklah segera menunaikan hak tersebut dan minta segera dihalalkan. Apabila berupa harta maka segera dikembalikan dan apabila berupa kehormatan maka segera meminta maaf.

Yang kedua memperbanyak memohon maghfirah dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan makna memohon maghfirah yang pertama adalah memohon supaya ditutupi dosanya dari manusia, kemudian memohon supaya dosa-dosanya tersebut dihapus oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى sehingga tidak diazab dengan dosa yang sudah dilakukan. Rasulullah ﷺ bersabda :

وَاللَّهِ إِنِّي لأَسْتَغْفِرُاللَّه وَأَ تُوْبُ إِلَيْهِ فِي الْيوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً

Demi Allah, aku beristighfar kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan bertaubat kepada-Nya di dalam sehari lebih dari tujuh puluh hari (HR. Bukhari)

Yang ketiga adalah beramal shaleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman dalam

إِنَّ ٱلۡحَسَنَـٰتِ يُذۡهِبۡنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ‌ۚ

“Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu akan menghilangkan kejelekan-kejelekan.” (Hud : 114)

Yang ke empat adalah bersabar ketika tertimpa musibah Rasulullah ﷺ bersabda :

مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُؤْمِنَ إِلَّا كُفِّرَ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةُ يُشَاكُهَا

Tidaklah ada sebuah musibah yang menimpa seorang muslim, kecuali Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى akan menghapus dengan musibah tersebut dosanya sampai apabila dia terkena duri (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, janganlah seorang muslim berputus asa bagaimanapun besar dosa yang ia lakukan. Perbaikilah amal di sisa umur yang ada. Semoga Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Al-Ghofururrohim mengampuni dan menutupi dosa-dosa kita yang telah lalu.

7. Kematian /  Selasa 06 Juni 2023 

Kematian adalah keluarnya nyawa seseorang dari jasadnya. Kematian adalah ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji siapa diantara kita yang paling baik amalannya. dia adalah sunnatullah bagi setiap jiwa, bagaimanapun dia berusaha untuk lari dari kematian tersebut. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman :

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ

“Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian,” (Ali Imran : 185)

Seseorang tidak mengetahui kapan dan dimana dia akan meninggal. Dan apabila datang, maka kematian tersebut tidak bisa diundurkan. Sering mengingat mati adalah perkara yang diperintahkan oleh Nabi ﷺ Diharapkan dengan mengingat mati seseorang lebih khusuk di dalam beribadah, bersegera bertaubat dan tidak lalai atas kenikmatan dunia yang fana ini. Rasulullah ﷺ bersabda :

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

Hendaklah kalian memperbanyak mengingat sesuatu yang memutus semua kelezatan (HR. Tirmidzi, An Nasai, Ibnu Majah, berkata Syaikh Albani: Hasan Shahih)

Harapan setiap muslim adalah meninggal dalam keadaan khusnul khatimah, yaitu meninggal dalam keadaan taat kepada Allah. Caranya adalah dengan berdo’a dan menjaga ketaatan kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى selama hidupnya.

Di dalam sebuah hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى apabila menghendaki kebaikan bagi seorang hamba maka akan diberikan taufik untuk beramal shalih sebelum ia meninggal dunia.

Dan diantara amal shalih tersebut adalah mengucapkan Laa ilaaha illallah. Rasulullah ﷺ bersabda :

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barangsiapa ucapan terakhirnya adalah kalimat Laa ilaaha illallah maka dia akan masuk ke dalam surga. (Hadits Shahih Riwayat Abu Daud)

Kecanduan melakukan dosa, baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi tanpa diiringi dengan taubat dikhawatirkan akan menjadi sebab su-ul khatimah. Semoga Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى membersihkan hati kita dari ketergantungan dengan dosa.


Halaqah Silsilah Ilmiyyah 5 : Beriman Pada Hari Akhir , Bagian 1 ( Halaqah 1 - 5 )

1.Makna dan Dalil Beriman kepada Hari Akhir 

Halaqah yang pertama dari Silsilah Ilmiyyah yang kelima Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang Makna Dan Dalil Beriman Kepada Hari Akhir.

Hari Akhir, dinamakan demikian karena tidak ada hari setelahnya, tidak ada lagi hari yang kita kenal yang dimulai dari dengan terbitnya matahari dan diakhiri dengan tenggelamnya.

Makna beriman kepada hari akhir adalah beriman dengan segala hal yang berkaitan dengan hari akhir tersebut.



Mulai dari kematian, fitnah kubur, nikmat dan adzab kubur, tanda-tanda hari kiamat, kebangkitan manusia, dikumpulkannya manusia, perhitungan dan penimbangan amal dan seterusnya sampai masuknya manusia ke dalam surga atau neraka.

Beriman kepada hari akhir termasuk rukun iman yang tidak sah iman seseorang bila tidak beriman dengannya.

Allah berfirman :

ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﻜْﻔُﺮْ ﺑِﺎلله ﻭَﻣَﻠَﺎﺋِﻜَﺘِﻪِ ﻭَﻛُﺘُﺒِﻪِ ﻭَﺭُﺳُﻠِﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﻓَﻘَﺪْ ﺿَﻞَّ ﺿَﻠَﺎﻟًﺎ ﺑَﻌِﻴﺪًﺍ

“Dan barangsiapa yang kufur kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya dan hari akhir, maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang jauh.”

(AnNisa:136)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda ketika ditanya tentang apa itu iman.

ﺃَﻥْ ﺗُﺆْﻣِﻦَ ﺑِﺎلله ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘِﻪِ ﻭَﻛُﺘُﺒِﻪِ ﻭَﺭُﺳُﻠِﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻵﺧِﺮِ ﻭَﺗُﺆْﻣِﻦَ ﺑِﺎﻟْﻘَﺪَﺭِ ﺧَﻴْﺮِﻩِ ﻭَﺷَﺮِّﻩِ

“Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, dan juga hari akhir dan engkau beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk.”

(Hadits riwayat Muslim).

Tidak ada yang mengetahui kepada terjadinya hari kiamat kecuali Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

ﻳَﺴْﺄَﻟُﻮﻧَﻚَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺴَّﺎﻋَﺔِ ﺃَﻳَّﺎﻥَ ﻣُﺮْﺳَﺎﻫَﺎ ۖ ﻗُﻞْ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻋِﻠْﻤُﻬَﺎ ﻋِﻨْﺪَ ﺭَﺑِّﻲ ۖ ﻟَﺎ ﻳُﺠَﻠِّﻴﻬَﺎ ﻟِﻮَﻗْﺘِﻬَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻫُﻮَ ۚ

“Mereka bertanya kepadamu tentang hari kiamat kapan terjadinya. Katakanlah sesungguhnya ilmunya di sisi Rabbku, tidak mengetahui waktunya kecuali Dia.”

(Al-A’rof:187)

Malaikat Jibril ‘alayhissalam pernah menjelma menjadi seorang laki-laki dan datang kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan bertanya tentang kapan hari kiamat terjadi, maka beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjawab:

ما المسئول عنها بأعلم من السائل

“Tidaklah yang ditanya lebih mengetahui dari pada yang bertanya.”

(Hadist riwayat Muslim)

Apabila malaikat Jibril yang paling dekat dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, nabi yang paling dekat dengan Allāh tidak mengetahui kapan terjadinya hari kiamat, maka bagaimana selain keduanya bisa mengetahuinya.

Yang lebih penting dari itu bagi seseorang hamba yang berakal adalah mempersiapkan bekal yang cukup untuk menghadapi hari tersebut.

2. BEKAL PERJALANAN MENUJU AKHIRAT

Halaqah yang kedua dari silsilah beriman kepada hari akhir, adalah tentang bekal perjalanan menuju negeri akhirat.

Perjalanan menuju negeri akhirat, adalah perjalanan yang sangat panjang. Seorang hamba membutuhkan bekal yang cukup agar sampai ke dalam surga Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan selamat. Bekal tersebut adalah taqwa kepada Allāh.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah ketakwaan.”
(Al-Baqarah 197)

Bertaqwa kepada Allāh adalah melaksanakan perintah Allāh berdasarkan dalil yang shahih dengan niat mengharap pahala dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan menjauhi kemaksiatan kepada Allāh dalil yang shahih karena takut dengan adzab Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Orang yg berbahagia kelak adalah orang yang bersabar di dunia ini dan istiqomah untuk mengumpulkan bekal yang cukup bagi perjalanan yang sangat panjang tersebut.

Merekalah orang-orang yang tidak akan takut dengan apa yang akan mereka hadapi dan mereka tidak akan bersedih dengan apa yang sudah mereka tinggalkan.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا الله ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqomah maka tidak ada ketakutan atas mereka dan mereka tiada pula berduka cita.”
(Al-Ahqāf 13)

Dan orang yang celaka di akhirat adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya selama di dunia dan dia lalai dengan hari pembalasan.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

إِنَّ هَؤُلَاءِ يُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيلًا

“Sesungguhnya mereka mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan hari yang berat yang ada di belakang mereka (hari akhirat).”
(Al-Insan 27)

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang bertaqwa.


3. Menjalankan Perintah Allah Bekal Menuju Akhirat

Perintah Allāh Subhānahu wa Ta’āla apabila dijalankan dengan ikhlas dan sesuai dengan sunnah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam maka akan menjadi hasanah atau pahala dan bekal menuju akhirat bagi seorang hamba.

Perintah yang paling dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah apa yang Allāh wajibkan.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berkata:

…ﻭَﻣَﺎ ﺗَﻘَﺮَّﺏَ ﺇِﻟَﻰَّ ﻋَﺒْﺪِﻯ ﺑِﺸَﻰْﺀٍ ﺃَﺣَﺐَّ ﺇِﻟَﻰَّ ﻣِﻤَّﺎ ﺍﻓْﺘَﺮَﺿْﺖُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ….

“Dan tidaklah hambaKu bertaqarrub kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang sudah Aku wajibkan atasnya.”

(Hadist Riwayat Bukhari)

Oleh karena itu seorang muslim hendaknya memperhatikan kewajiban-kewajiban yang telah Allāh diwajibkan atasnya dan melaksanakan kewajiban tersebut dengan sebaik-baiknya.

Kewajiban di sini ada yang berkaitan dengan hak Allāh seperti tauhid, sholat 5 waktu, puasa Ramadhan, haji bagi yang wajib dan lain-lain.

Dan juga ada yang berkaitan dengan hak makhluk, seperti menafkahi orang yang menjadi tanggungan, berbakti kepada kedua orang tua dan lain-lain.

Kemudian, apabila seorang hamba memiliki waktu dan kemampuan maka hendaknya dia menambah bekal dengan berbagai amal shalih yang mustahab atau disunnahkan, seperti sholat-sholat sunnah, puasa-puasa sunnah, shadaqah sunnah, membaca Al Qur'an dan lain-lain.

Memilih diantara amalan tersebut yang bisa dikerjakan dengan baik dan bisa dilakukan secara terus menerus.

Di antara amalan yang besar pahalanya adalah menuntut ilmu agama, dzikrullah, berjihad di jalan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, akhlaq yang baik, berdakwah di jalan Allāh dan lain-lain.

Orang yang sibuk dengan sesuatu yang menjadi kewajibannya sehingga tidak bisa mengerjakan sesuatu yang mustahab atau sunnah maka dia mendapatkan udzur.

Adapun orang yang sibuk dengan sesuatu yang mustahab kemudian dia lalai dengan kewajiban dia maka orang tersebut adalah orang yang tertipu.

Mintalah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla pertolongan di dalam beramal dan mintalah kepadaNya supaya amalan tersebut diterima.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memasukkan kita ke dalam surgaNya dengan sebab amal kita yang sedikit dan penuh dengan kekurangan ini dan rahmat serta kasih sayang Allāh Subhānahu wa Ta’āla lebih kita harapkan daripada amalan kita.

4. Meninggalkan Kemaksiatan Bekal Perjalanan Menuju Akhirat

Meninggalkan kemaksiatan, apabila dilakukan karena takut kepada Allah berdasarkan dalil yang shahih ini akan menjadi pahala bagi seorang hamba.

Sebaliknya kemaksiatan, apabila dilakukan seorang hamba maka itu akan menjadi syai-ah / dosa yang membahayakan keselamatan dia di akherat kelak.

Dosa bertingkat-tingkat dan dosa yang paling berbahaya adalah dosa yang mengekalkan pelakunya di dalam neraka apabila dia mati dan tidak bertaubat dari dosa tersebut.

  1. Yang pertama adalah kufur besar atau kekafiran, yaitu menentang apa yang dibawa oleh seorang utusan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Seperti menentang tauhid, mendustakan kenabian seorang Rasulullah, mengingkari syariat yang beliau bawa padahal dia mengetahui bahwasanya itu syariatNYA atau mengejek dan mengolok-olok Allah, RasulNYA dan juga ayat-ayatNYA dan lain-lain.

Allah berfirman :

وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَكَذَّبُواْ بِـَٔايَـٰتِنَآ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَصۡحَـٰبُ ٱلنَّارِ‌ۖ هُمۡ فِيہَا خَـٰلِدُونَ

“Dan orang-orang yang kufur dan mendustakan ayat2 kami merekalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

( QS Al Baqarah: 39 )

  1. Yang kedua adalah syirik besar. Syirik ini lebih khusus daripada kekufuran.

Setiap syirik adalah kekufuran dan tidak setiap kekufuran adalah syirik.

Allah berfirman :

إِنَّهُ ۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَٮٰهُ ٱلنَّارُ‌ۖ وَمَا لِلظَّـٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٍ۬

“Sesungguhnya barangsiapa yang menyekutukan Allah Subhanahu Wa Ta’ala maka sungguh Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan mengharamkan atasnya surga dan tempat kembalinya adalah neraka dan tidak ada penolong bagi orang-orang yang berbuat dholim.”

( QS Al Maidah: 72 )

  1. Yang ketiga adalah nifaq besar, yaitu menyembunyikan kekufuran di dalam hati dan menampakkan keimanan dengan lisan dan perbuatan.

Orang munafik termasuk orang kafir, bahkan lebih besar dosanya daripada orang kafir yang menampakkan kekafirannya dan di akherat azab mereka lebih dahsyat.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

إِنَّ ٱلۡمُنَـٰفِقِينَ فِى ٱلدَّرۡكِ ٱلۡأَسۡفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمۡ نَصِيرًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik berada di lapisan paling bawah dari neraka dan engkau tidak akan mendapatkan penolong bagi mereka.”

( QS An Nisaa: 145. )

Alhamdulillah, yang telah memberikan kita petunjuk kepada Islam, kalau bukan karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala niscaya kita tidak mendapatkan petunjuk.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan kita ketetapan hati di atas agama Islam ini sampai kita bertemu denganNya.


5. Dosa - dosa besar & Dosa - dosa kecil

Halaqah yang ke-5 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang “Dosa-dosa Besar dan Dosa-dosa Kecil”

Di antara dosa yang berbahaya bagi seorang hamba di akhirat

Yang pertama

adalah dosa bid’ah yang tidak sampai mengkafirkan pelakunya. Bid’ah secara istilah syariat adalah cara yang diada-adakan di dalam agama yang menyerupai syariat, dimaksudkan untuk berlebih-lebihan di dalam bertaqarrub kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dan bid’ah adalah perkara yang paling jelek. Rasulullah ﷺ bersabda :

وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

Dan sejelek-jelek perkara adalah perkara-perkara yang diada-adakan. Dan setiap bid’ah adalah sesat (HR. Muslim)

Orang yang melakukan bid’ah seakan-akan menganggap agama yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ belum sempurna dan seakan-akan dia telah menuduh Rasulullah ﷺ mengkhianati risalah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Pelaku bid’ah merasa dirinya di atas petunjuk, sehingga sulit dia untuk memperoleh hidayah kecuali orang yang Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى rahmati.

Yang kedua

di antara dosa-dosa yang berbahaya bagi seorang hamba adalah dosa-dosa besar. Yaitu semua dosa yang diancam pelakunya dengan hukuman di dunia atau laknat dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى atau amarah dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى atau diancam dengan neraka. Seperti berzina, mencuri, riba, durhaka kepada orang tua, membunuh tanpa hak dan lain-lain.

Kemudian ,

Yang ketiga

adalah dosa-dosa kecil yaitu dosa yang tidak sampai kepada dosa-dosa besar. Seperti melihat kepada aurat wanita yang tidak halal baginya dan lain-lain. Dosa kecil ini bisa menjadi besar karena beberapa sebab di antaranya adalah apabila dilakukan secara terus-menerus tanpa melakukan taubat kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Rasulullah ﷺ bersabda :

إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ

Hati-hatilah kalian dengan dosa-dosa yang dianggap ringan, karena sesungguhnya dosa-dosa tersebut berkumpul pada diri seseorang sampai membinasakannya (Hadits Shahih Riwayat Imam Ahmad)

Dosa berupa kezaliman kepada orang lain baik harta, kehormatan maupun fisik akan menjadi penyesalan di hari kiamat, apabila tidak meminta dihalalkan di dunia ini.



Halaqah Silsilah Ilmiyyah 4 : Mengenal Islam

1. PENGERTIAN ISLAM SECARA BAHASA & SYARI’AT


Islam Secara bahasa adalah penyerahan diri, 🕌 sedangkan secara istilah syari’at maka yang dimaksud dengan Islam adalah penyerahan ibadah hanya kepada Allāh Subhānahu Wa Ta’āla semata.




🔖 Orang Nasrani dikatakan masuk ke dalam agama Islam, apabila :


➡ Meninggalkan penyembahan terhadap Nabi ‘Isa dan juga ibunya (Maryam).

➡ Hanya menyembah dan menyerahkan dirinya kepada Allāh Subhānahu Wa Ta’āla.


🔖 Seorang yang beragama Islam adalah orang yang :


✅ Hanya menyerahkan ibadahnya kepada Allāh semata.

✅ Tidak menyerahkan sebagian ibadah kepada siapapun selain Allāh, baik seorang Nabi, seorang Malaikat, jin, orang yang shalih, kepada batu, pohon dan lain-lain.


🔖 Oleh karena itu, syarat masuk ke dalam agama Islam adalah :


1⃣ Syahādat Lā ilāha illAllāh, dan juga

2⃣ Syahādat Muhammad Rasūlullāh.


SYAHĀDAT LĀ ILĀHA ILLALLĀH Artinya adalah persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dan diibadahi kecuali Allāh.


🔖 Orang yang sudah mengucapkan “Lā ilāha illAllāh” kemudian menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allāh, maka berarti dia :


❌ Belum memahami makna Islam, atau

❌ Memahami akan tetapi melanggarnya, Dan keduanya adalah musibah.


🔖 Semoga Allāh Subhānahu Wa Ta’āla memudahkan kita semua dan orang-orang yang kita cintai untuk memahami agama islam ini.




2. Agama Para Nabi Adalah Islam




Islam yang artinya penyerahan ibadah hanya kepada Allāh ﷻ adalah agama para Nabi, agama mereka satu yaitu Islam.

Berkata Nabi Ibrāhīm ‘Alaihissalām:

أَسۡلَمۡتُ لِرَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ

“Aku berIslam (menyerahkan diriku) kepada Rabbul ‘ālamīn.” (QS Al-Baqarah: 131)

Beliau dan juga Nabi Ya’qūb berwasiat kepada anak-anaknya.

يَـٰبَنِىَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ

“Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allāh Subhānahu Wa Ta’āla telah memilih agama bagi kalian. Maka janganlah kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan sebagai orang Islam.” (QS Al-Baqarah: 132)

Berkata murid-murid Nabi ‘Isa ‘Alaihissalām kepada beliau;

وَٱشۡهَدۡ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ

“Dan saksikanlah bahwasanya kami adalah orang-orang Islam.” (QS Āli ‘Imrān: 52)

Nabi Mūsā ‘Alaihissalām, beliau pernah berkata kepada kaumnya;

فَعَلَيۡهِ تَوَكَّلُوٓاْ إِن كُنتُم مُّسۡلِمِينَ

“Maka hendaklah kalian hanya bertawakal kepada Allāh kalau kalian benar-benar orang Islam.” (QS Yūnus: 84)

Di dalam suratnya, Nabi Sulaiman ‘Alaihissalām berkata kepada Ratu Balqis dan juga para pengikutnya;

أَلَّا تَعۡلُواْ عَلَىَّ وَأۡتُونِى مُسۡلِمِينَ

“Hendaklah kalian jangan sombong kepadaku dan datanglah kalian kepadaku dalam keadaan sebagai orang Islam.” (QS An-Naml: 31)

Inilah agama para Nabi dan juga para pengikut mereka. Dan Allāh ﷻ tidak menerima kecuali agama Islam.

إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلۡإِسۡلَـٰمُ‌ۗ

“Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allāh adalah Islam.” (QS Āli ‘Imrān :19)

وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَـٰمِ دِينً۬ا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِى ٱلۡأَخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِينَ

“Dan barangsiapa yang mencari selain agama Islam maka tidak akan diterima darinya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Āli ‘Imrān:85)

Rasūlullāh ﷺ bersabda di dalam hadits yang shahih:

الْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ

“Para Nabi adalah saudara sebapak, ibu-ibu mereka berbeda dan agama mereka satu.”(HR Bukhari dan Muslim)



3. Apa Yang Membedakan diantara para Nabi 

Para Nabi beragama Islam, menyerahkan dirinya hanya kepada Allāh. Yang membedakan antara agama Islam yang dibawa seorang Nabi dengan agama Islam yang dibawa Nabi yang lain adalah tentang :

Tata cara beribadah
Halal dan juga haram

Terkadang suatu ibadah yang memiliki nama yang sama, akan tetapi caranya berbeda. Terkadang sesuatu yang diharamkan atas satu umat, dihalalkan bagi umat yang lain. Semuanya ini sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan dari Allāh Subhānahu Wa Ta’āla, Zat Yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana.

Allāh Subhānahu Wa Ta’āla berfirman :

لِكُلٍّ ﺟَﻌَﻠۡﻨَﺎ ﻣِﻨﻜُﻢۡ ﺷِﺮۡعَةً ﻭَﻣِﻨۡﻬَﺎجًا

“Kami telah jadikan masing-masing dari kalian syariat dan juga cara.” (QS Al Māidah: 48)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

الأﻧْﺒِﻴَﺎﺀُ ﺇِﺧْﻮَﺓٌ ﻣِﻦْ علّاﺕٍ ﻭَﺃﻣَّﻬَﺎﺗُﻬُﻢْ ﺷَﺘَّﻰ ﻭَﺩِﻳﻨُﻬُﻢْ ﻭَﺍﺣِﺪ

“Para Nabi itu adalah saudara satu bapak, ibu-ibu mereka berbeda, akan tetapi agama mereka satu.” (HR Bukhāri dan Muslim)

Yang dimaksud dengan “ibu-ibu mereka berbeda” adalah syariat mereka berbeda.

Shalat dan zakat telah disyariatkan kepada umat sebelum Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Allāh Subhānahu Wa Ta’āla berfirman tentang Nabi Ismā’īl :

ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻳَﺄۡﻣُﺮُ ﺃَﻫۡﻠَﻪُ ۥ ﺑِﭑﻟﺼَّﻠَﻮٰﺓِ ﻭَﭐﻟﺰَّﻛَﻮٰﺓ

“Dan dahulu Ismā’īl menyuruh keluarganya untuk shalat dan juga zakat.” (QS Maryam: 55)

Nabi ‘Īsā ‘alayhissalām, beliau berkata :

ﻭَﺃَﻭۡﺻَـٰﻨِﻰ ﺑِﭑﻟﺼَّﻠَﻮٰﺓِ ﻭَﭐﻟﺰَّڪَﻮٰﺓِ ﻣَﺎ ﺩُﻣۡﺖُ ﺣَﻴًّ۬ﺎ

“Dan Allāh Subhānahu Wa Ta’āla telah berwasiat kepadaku untuk shalat dan juga zakat selama aku masih hidup.” (QS Maryam: 31)

Namun shalat di atas tanah terbuka, di luar tempat khusus beribadah, hanyalah disyariatkan di dalam agama islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Demikian pula rampasan perang diharamkan bagi umat-umat sebelum kita dan dihalalkan bagi kita.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

ﻭَﺟُﻌِﻠَﺖْ ﻟﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽُ ﻣَﺴْﺠِﺪًﺍ ﻭَﻃَﻬُﻮﺭًﺍ ﻓَﺄَﻳُّﻤَﺎ ﺭَﺟُﻞٍ ﻣﻦ ﺃُﻣَّﺘِﻲ ﺃَﺩْﺭَﻛَﺘْﻪُ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻓَﻠْﻴُﺼَﻞِّ ﻭَﺃُﺣِﻠَّﺖْ ﻟﻲ ﺍﻟْﻤَﻐَﺎﻧِﻢُ ﻭﻟﻢ ﺗَﺤﻞَّ ﻟِﺄَﺣَﺪٍ ﻗَﺒْﻠِﻲ

“Dan telah dijadikan bagiku tanah ini (bumi ini) sebagai masjid dan juga alat untuk bersuci. Maka siapa saja di antara umatku yang mendapatkan waktu shalat, maka hendaklah dia shalat. Dan telah dihalalkan bagiku rampasan perang dan tidak dihalalkan bagi seorang pun sebelumku.” (HR Bukhari dan Muslim)



Halaqah 04


Islam yang dibawa oleh Nabi kita Muhammad Shallallāhu ‘Alayhi wa Sallam memiliki banyak keutamaan yang tidak dimiliki syariat sebelumnya, di antaranya :

1. SYARI’AT BELIAU SHALLALLĀHU ‘ALAYHI WA SALLAM ADALAH UNTUK SELURUH UMAT MANUSIA

Allāh berfirman:

قُلۡ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيۡڪُمۡ جَمِيعًا

“Katakanlah: Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah Rasūlullāh untuk kalian semuanya” (QS Al A’rāf: 158)

Wajib bagi setiap orang yang mendengar diutusnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam untuk beriman dengan Beliau.
Barangsiapa yang tidak beriman dengan Nabi Muhammad shallallāhu ‘Alayhi wa Sallam setelah diutusnya Beliau maka dia kafir, meskipun dia mengaku mengikuti syariat seorang Nabi sebelum Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, tidaklah mendengar tentang diriku seorangpun dari umat ini, baik Yahudi maupun Nashrani, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan apa yang aku bawa, kecuali dia termasuk penduduk neraka.” (HR Muslim).

 

2. SYARI’AT BELIAU SHALLALLĀHU ‘ALAYHI WA SALLAM ADALAH SYARIAT YANG PALING SEMPURNA

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ، ويُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ، إِلَّا وَقَدْ بُيِّنَ لَكُمْ

“Tidak ada sesuatu yang mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka kecuali sudah diterangkan kepada kalian.”
(Hadits shahih diriwayatkan oleh Ath Thabrāni di dalam Al Mu’jamil Kabīr)

Datang beberapa orang Yahudi kepada Salmān Al-Fārisi radhiyallāhu ‘anhu dan mengatakan:

قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ

“Nabi kalian telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu sampai tata cara buang air kecil.” (HR Muslim)

Apabila permasalahan yang dianggap sepele oleh manusia diajarkan oleh Islam maka bagaimana dengan permasalahan yang lain?

Islam mengajarkan:

Aqidah kepada Allāh
Akhlak kepada manusia
Tata Cara berdagang
Makanan yang halal
Makanan yang haram
Dan lain-lain.

Oleh karena itu seorang Muslim hendaknya bersyukur atas nikmat hidayah kepada Islam ini ketika banyak manusia yang tidak mendapatkannya.


5. Mengenal Agama Islām adalah Maratib Atau Tingkatan-Tingkatan di dalam Islām.

📝 Didalam hadist Umar bin Khattab radhyallahu anhu yang diriwayatkan oleh Imam Muslim datang malaikat Jibril yang menjelma menjadi seorang laki – laki dengan izin Allah bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tentang beberapa pertanyaan diantaranya ditanya tentang :


☪ Apa itu Islam

☪ Iman

☪ dan juga Ihsan


Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjawab satu persatu dari pertanyaan tersebut kemudian diakhir hadits Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam  berkata :


فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ.

“Sesungguhnya dia adalah Jibril yang datang kepada kalian mengajarkan kepada kalian agama kalian ”


Didalam hadist ini disebutkan Tiga tingkatan dalam agama yaitu :


📝 Islam

📝 Iman

📝 Ihsan


📚Iman lebih tinggi daripada Islām dan  📚Ihsan lebih tinggi daripada Iman.


☪ Islam berkaitan dengan amalan dhahir, sedangkan

🕌 Iman berkaitan dengan amalan batin, adapun

🕋 Ihsan maka dia adalah puncak dari amalan dhahir dan batin.


❤ Orang yang sampai derajat Ihsan berarti dia telah mencapai derajat yang paling tinggai dalam Islam dan juga Iman. 📌 Setiap orang yang beriman dia adalah orang yang Islam tetapi tidak semua orang yang Islam dia beriman.


Allāh subhanahu wa ta’ala berfirman :


قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ

“Berkata orang – orang arab badui kami telah beriman, katakanlah kalian belum beriman dan katakanlah oleh kalian kami telah Islam dan belum masuk iman didalam hati – hati kalian (QS Al Hujurat : 14)


📌 Mereka berkata diawal mereka masuk Islam bahwa mereka telah sampai derajat keimanan maka mereka pun diperintahkan untuk mengatakan kami telah Islam karena hakikat keimanan belum masuk didalam hati – hati mereka dan masing – masing dari tiga tingkatan tersebut memiliki rukun. ✅ Yang dimaksud dengan rukun adalah yang terpenting atau terkuat dari sesuatu.


Itulah yang bisa saya sampaikan pada Halaqah kali ini & sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.


6. RUKUN ISLAM 

Halaqah yang ke-6 dari Silsilah Mengenal Agama Islam adalah tentang “Arkānul Islām (Rukun-Rukun Islam)”.


📗 Syari’at islam yang dibawa oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam terdiri dari amalan yang zhahir dan juga amalan yang batin.

📗 Amalan zhahir yang paling penting adalah Rukun Islam yang jumlahnya ada 5, yang tercantum dalam sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam :


ﺍْﻹِﺳِﻼَﻡُ ﺃَﻥْ ﺗَﺸْﻬَﺪَ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ الله ﻭَﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﺭَﺳُﻮْﻝُ الله ﻭَﺗُﻘِﻴْﻢَ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓَ ﻭَﺗُﺆْﺗِﻲَ ﺍﻟﺰَّﻛﺎَﺓَ ﻭَﺗَﺼُﻮْﻡَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﻭَﺗَﺤُﺞَّ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖَ ﺇِﻥِ ﺍﺳْﺘَﻄَﻌْﺖَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺳَﺒِﻴْﻼ


“Islam adalah engkau bersyahadat lā ilāha illallāh dan bahwasanya Muhammad Rasūlullāh dan mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan melakukan haji apabila engkau mampu menuju ke sana.” (HR Muslim)


1. RUKUN ISLAM PERTAMA ➖ Persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allāh dan bahwasanya Muhammad adalah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Dan maknanya telah diterangkan dalam Silsilah 1 sampai 3.


2. RUKUN ISLAM KEDUA ➖ Mendirikan shalat lima waktu.

Dan hukumnya adalah waji bagi setiap Muslim yang dewasa dan berakal.


❌ Barang siapa yang mengingkari kewajiban shalat maka dia adalah kafir.

❌ Barang siapa yang meninggalkannya karena malas padahal mengakui kewajiban tersebut maka dia berada dalam bahaya yang besar karena para ulama berselisih tentang kekafiran orang tersebut


3. RUKUN ISLAM KETIGA ➖ Membayar zakat.


✅ Hukumnya adalah wajib sebagaimana shalat lima waktu.

✅ Hukumnya juga wajib bagi orang yang terpenuhi syarat-syarat wajibnya.

🔖 Dan hikmahnya adalah membersihkan jiwa dan juga harta seseorang.


4. RUKUN ISLAM KEEMPAT ➖ Berpuasa di bulan Ramadhān.

Wajib bagi seorang Muslim yang:

✅ Dewasa

✅ Berakal

✅ Memiliki kemampuan

✅ Tidak ada penghalang seperti haid dan juga nifas.


5. RUKUN ISLAM KELIMA ➖ Menunaikan ibadah haji.

Hukumnya wajib 1 kali dilakukan seumur hidup bagi orang yang mampu pergi ke sana. Dan seorang Muslim dan juga Muslimah hendaknya memberikan perhatian yang besar kepada Rukun Islam ini.


7. RUKUN IMAN


Halaqah yang ke 7 dari Silsilah Ilmiyyah Mengenal Agama Islam adalah tentang “Arkānul Īmān (Rukun-Rukun Iman)”.

Amalan batin yang paling penting dalam syariat islam yang dibawa oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah Rukun Iman yang jumlahnya ada enam, sebagaimana sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam ketika Beliau ditanya tentang “Apa itu iman?” :

ﺃَﻥْ ﺗُﺆْﻣِﻦَ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘِﻪِ ﻭَﻛُﺘُﺒِﻪِ ﻭَﺭُﺳُﻮْﻟِﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻵﺧِﺮِ ﻭَﺗُﺆْﻣِﻦَ ﺑِﺎﻟْﻘَﺪَﺭِ ﺧَﻴْﺮِﻩِ ﻭَ شَرِّهِ

“Engkau beriman kepada Allāh, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan engkau beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk”. (HR Muslim)

1⃣ RUKUN IMAN KE-1 ➖ Beriman kepada Allāh.

Telah kita bahas dalam Silsilah ‘Ilmiah yang Pertama dan Kedua.

2⃣ RUKUN IMAN KE-2 ➖ Beriman kepada malaikat.

Adalah :

✅ Beriman dengan keberadaannya.

✅ Beriman dengan nama-nama sebagian mereka.

✅ Beriman dengan sifat-sifat malaikat.

✅ Beriman dengan tugas-tugas mereka yang tersebut dalam Al Qurān dan juga hadits yang shahīh.

3⃣ RUKUN IMAN KE-3 ➖ Beriman kepada kitab-kitab Allāh.

Adalah :

✅ Beriman bahwa kitab-kitab tersebut berasal dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla berisi petunjuk bagi manusia.

✅ Beriman dengan sebagian nama-nama dari kitab-kitab yang sudah Allāh turunkan seperti shuhūf Ibrāhīm, Zabur, Taurāt, Injīl dan juga Al Qurān.

4⃣ RUKUN IMAN KE-4 ➖ Beriman kepada para Rasul.

Adalah :

✅ Beriman bahwa kerasulan adalah pilihan semata dari Allāh.

✅ Beriman bahwasanya para Rasul adalah sebaik-baik manusia.

✅ Beriman dengan beberapa kekhususan para Rasul ‘aliayhimussalām.

✅ Beriman bahwasanya dakwah mereka satu.

✅ Dan lain-lain.


5⃣ RUKUN IMAN KE-5 ➖ Beriman kepada hari akhir.

Adalah beriman dengan segala hal yang berkaitan dengan hari akhir, seperti :


✅ Fitnah kubur

✅ Nikmat dan juga azab kubur

✅ Tanda-tanda dekatnya hari kiamat

✅ Ditiupnya sangkakala

✅ Kebangkitan manusia

✅ Sampai masuknya manusia ke dalam surga ataupun neraka.


6⃣ RUKUN IMAN KE-6 ➖ Beriman kepada takdir.

Adalah beriman bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla :

✅ Mengetahui segala sesuatu.

✅ Menulis segala sesuatu dan terjadi segala sesuatu dengan kehendak Allāh, dan

✅ Dia-lah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menciptakan segala sesuatu.

📌 Hendaknya seorang Muslim dan juga Muslimah memberikan perhatian yang besar terhadap 6 Rukun Iman ini. Dan in syā Allāh akan kita bahas rukun iman ini secara lebih terperinci pada silsilah ilmiyyah berikutnya, dan sampai bertemu kembali.


8. Pengertian Ihsan dan rukunnya 

Halaqah yang ke-8 dari Silsilah Mengenal Agama Islam adalah tentang “Ihsan Dan Juga Rukunnya”. 🖍 Ihsan adalah tingkatan di dalam agama yang paling tinggi.

☪ Secara Bahasa  : Ihsan adalah berbuat sebaik mungkin ketika melakukan sesuatu

☪ Secara Syari’at : Makna Ihsan adalah memperbaiki amal dan ibadah kepada Allāh karena dia merasa diawasi dan dilihat oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Didalam hadist Jibrīl ‘alayhissalām, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda ketika ditanya tentang “Apa itu Ihsan ?”.

Beliau mengatakan:


أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Engkau beribadah kepada Allāh seakan-akan engkau melihatnya, maka apabila engkau tidak melihatnya, sesungguhnya dia melihatmu.”

Orang yang beribadah seakan-akan melihat Allāh atau merasa dilihat Allāh baik zhahir maupun batinnya maka ia akan :

✅ Beramal seikhlas mungkin.

✅ Dan sesesuai mungkin dengan ajaran Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

✅ Dan dia akan meninggalkan kemaksiatan baik kemaksiatan yang dilakukan hati, lisan maupun anggota badan yang lain.


Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:


وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ ۚ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَلَا أَصْغَرَ مِنْ ذَٰلِكَ وَلَا أَكْبَرَ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِين

“Dan tidaklah kamu dalam sebuah keadaan dan tidaklah kamu membaca Al Qurān dan tidaklah kalian mengamalkan sebuah amalan kecuali kami mengetahuinya ketika kalian mengamalkannya. Dan tidak ada yang luput dari Rabb-Mu sesuatu sebesar dzarah pun dibumi maupun dilangit. Dan tidak ada sesuatu yang lebih kecil daripada itu dan tidak ada yang lebih besar kecuali ada di dalam kitab yang jelas.” (QS Yūnus: 61)

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:


قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Katakanlah: Seandainya kalian menyembunyikan apa yang ada di dalam dada-dada kalian atau kalian menampakan nya maka Allāh mengetahuinya. Dan Allāh mengetahui apa yang ada di langit & apa yang ada dibumi dan Allāh Maha mampu melakukan segala sesuatu.” (QS Āli ‘Imrān: 29)

📌 Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan kita senantiasa merasa diawasi oleh Allāh dan takut kepada Allāh dimanapun kita berada.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada silsilah berikutnya.