Dzikir yang Dibaca di Waktu Pagi

Melakukan dzikir pagi banyak sekali faedahnya. Masya Allah, mari kita membiasakan diri untuk selalu membasahi lisan kita dengan dzikir. Pada tulisan ini mari kita pelajari dan biasakan untuk berdizkir di waktu pagi hari. 



Dzikir pagi dilakukan antara subuh sampai siang hari ketika matahari akan bergeser ke arah barat. Biasanya saya suka sambil mendengarkan dzikir pagi dari Muzammil, Masya Allah perlahan menjadi hapal kok. 

Teman - teman bisa juga mendengarkan dzikir pagi di channel youtube ini. 






أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.”


[1]

Membaca ayat Kursi

اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ، لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ، لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ، مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ، وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا، وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ


Allah, tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi-Nya tanpa seizin-Nya. Dia mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. Al Baqarah: 255(Dibaca 1 x)


Faedah: Siapa yang membacanya ketika petang, maka ia akan dilindungi (oleh Allah dari berbagai gangguan) hingga pagi. Siapa yang membacanya ketika pagi, maka ia akan dilindungi hingga petang.[1]


[2]

Membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas: 1-4) (Dibaca 3 x)


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ  وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai Shubuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki”. (QS. Al Falaq: 1-5) (Dibaca 3 x)


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ إِلَهِ النَّاسِ مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia.” (QS. An Naas: 1-6) (Dibaca 3 x)




Faedah: Siapa yang mengucapkannya masing-masing tiga kali ketika pagi dan petang, maka segala sesuatu akan dicukupkan untuknya.[2]


[3]

أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ

Ash-bahnaa wa ash-bahal mulku lillah walhamdulillah, laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodir. Robbi as-aluka khoiro maa fii hadzal yaum wa khoiro maa ba’dahu, wa a’udzu bika min syarri maa fii hadzal yaum wa syarri maa ba’dahu. Robbi a’udzu bika minal kasali wa su-il kibar. Robbi a’udzu bika min ‘adzabin fin naari wa ‘adzabin fil qobri.


Artinya:

“Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik Allah kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Wahai Rabbku, aku mohon kepada-Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan hari ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di neraka dan siksaan di alam kubur.” (Dibaca 1 x)


Faedah: Meminta pada Allah kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya, juga agar terhindar dari kejelekan di hari ini dan kejelekan sesudahnya. Di dalamnya berisi pula permintaan agar terhindar dari rasa malas padahal mampu untuk beramal, juga agar terhindar dari kejelekan di masa tua. Di dalamnya juga berisi permintaan agar terselamatkan dari siksa kubur dan siksa neraka yang merupakan siksa terberat di hari kiamat kelak.[3]


[4]

اَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ

Allahumma bika ash-bahnaa wa bika amsaynaa wa bika nahyaa wa bika namuutu wa ilaikan nusyuur.


Artinya:

“Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu petang. Dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami hidup dan dengan kehendak-Mu kami mati. Dan kepada-Mu kebangkitan (bagi semua makhluk).” (Dibaca 1 x)[4]


[5]

Membaca Sayyidul Istighfar

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ.

Allahumma anta robbii laa ilaha illa anta, kholaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mas-tatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu. Abu-u laka bi ni’matika ‘alayya wa abu-u bi dzambii. Fagh-firlii fainnahu laa yagh-firudz dzunuuba illa anta.


Artinya:

“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku pada-Mu (yaitu aku akan mentauhidkan-Mu) semampuku dan aku yakin akan janji-Mu (berupa surga untukku). Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku. Oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” (Dibaca 1 x)


Faedah: Barangsiapa mengucapkan dzikir ini di siang hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia mati pada hari tersebut sebelum petang hari, maka ia termasuk penghuni surga. Barangsiapa yang mengucapkannya di malam hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia mati sebelum pagi, maka ia termasuk penghuni surga.[5]


[6]

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَصْبَحْتُ أُشْهِدُكَ وَأُشْهِدُ حَمَلَةَ عَرْشِكَ، وَمَلاَئِكَتَكَ وَجَمِيْعَ خَلْقِكَ، أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ

Allahumma inni ash-bahtu usy-hiduka wa usy-hidu hamalata ‘arsyika wa malaa-ikatak wa jami’a kholqik, annaka antallahu laa ilaha illa anta wahdaka laa syariika lak, wa anna Muhammadan ‘abduka wa rosuuluk.


Artinya:

“Ya Allah, sesungguhnya aku di waktu pagi ini mempersaksikan Engkau, malaikat yang memikul ‘Arys-Mu, malaikat-malaikat dan seluruh makhluk-Mu, bahwa sesungguhnya Engkau adalah Allah, tiada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau semata, tiada sekutu bagi-Mu dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Mu.” (Dibaca 4 x)


Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan dzikir ini ketika pagi dan petang hari sebanyak empat kali, maka Allah akan membebaskan dirinya dari siksa neraka.[6]


[7]

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ

Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fid dunyaa wal aakhiroh. Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fii diinii wa dun-yaya wa ahlii wa maalii. Allahumas-tur ‘awrootii wa aamin row’aatii. Allahummahfazh-nii mim bayni yadayya wa min kholfii wa ‘an yamiinii wa ‘an syimaalii wa min fawqii wa a’udzu bi ‘azhomatik an ughtala min tahtii.


Artinya:

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau tenggelam dalam bumi dan lain-lain yang membuat aku jatuh).” (Dibaca 1 x)


Faedah: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah meninggalkan do’a ini di pagi dan petang hari. Di dalamnya berisi perlindungan dan keselamatan pada agama, dunia, keluarga dan harta dari berbagai macam gangguan yang datang dari berbagai arah.[7]


[8]

اَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ

Allahumma ‘aalimal ghoybi wasy syahaadah faathiros samaawaati wal ardh. Robba kulli syai-in wa maliikah. Asyhadu alla ilaha illa anta. A’udzu bika min syarri nafsii wa min syarrisy syaythooni wa syirkihi, wa an aqtarifa ‘alaa nafsii suu-an aw ajurrohu ilaa muslim.


Artinya:

“Ya Allah, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Rabb pencipta langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan diriku, setan dan balatentaranya (godaan untuk berbuat syirik pada Allah), dan aku (berlindung kepada-Mu) dari berbuat kejelekan terhadap diriku atau menyeretnya kepada seorang muslim.” (Dibaca 1 x)


Faedah: Do’a ini diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu untuk dibaca pada pagi, petang dan saat beranjak tidur.[8]


[9]

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Bismillahilladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil ardhi wa laa fis samaa’ wa huwas samii’ul ‘aliim.


Artinya:

“Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Dibaca 3 x)


Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan dzikir tersebut sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali di petang hari, maka tidak akan ada bahaya yang tiba-tiba memudaratkannya.[9]


[10]

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا

Rodhiitu billaahi robbaa wa bil-islaami diinaa, wa bi-muhammadin shallallaahu ‘alaihi wa sallama nabiyya.


Artinya:

“Aku ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi.” (Dibaca 3 x)


Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan dzikir ini sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali di petang hari, maka pantas baginya mendapatkan ridha Allah. [10]


[11]

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا

Yaa Hayyu Yaa Qoyyum, bi-rohmatika as-taghiits, wa ash-lih lii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin Abadan.


Artinya:

“Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dariMu).” (Dibaca 1 x)


Faedah: Dzikir ini diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Fathimah supaya diamalkan pagi dan petang. [11]


[12]

أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ اْلإِسْلاَمِ وَعَلَى كَلِمَةِ اْلإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ، حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

Ash-bahnaa ‘ala fithrotil islaam wa ‘alaa kalimatil ikhlaash, wa ‘alaa diini nabiyyinaa Muhammadin shallallahu ‘alaihi wa sallam, wa ‘alaa millati abiina Ibraahiima haniifam muslimaaw wa maa kaana minal musyrikin


Artinya:

“Di waktu pagi kami memegang agama Islam, kalimat ikhlas (kalimat syahadat), agama Nabi kami Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan agama bapak kami Ibrahim, yang berdiri di atas jalan yang lurus, muslim dan tidak tergolong orang-orang musyrik.” (Dibaca 1 x di pagi hari saja)[12]


[13]

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ

Subhanallah wa bi-hamdih.


Artinya:

“Maha suci Allah, aku memuji-Nya.” (Dibaca 100 x)

Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan kalimat ‘subhanallah wa bi hamdih’ di pagi dan petang hari sebanyak 100 x, maka tidak ada yang datang pada hari kiamat yang lebih baik dari yang ia lakukan kecuali orang yang mengucapkan semisal atau lebih dari itu.[13]


[14]

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ

Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.


Artinya:

“Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Bagi-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca 1o x)


Faedah: Barangsiapa yang membaca dzikir tersebut di pagi hari sebanyak sepuluh kali, Allah akan mencatatkan baginya 10 kebaikan, menghapuskan baginya 10 kesalahan, ia juga mendapatkan kebaikan semisal memerdekakan 10 budak, Allah akan melindunginya dari gangguan setan hingg petang hari. Siapa yang mengucapkannya di petang hari, ia akan mendapatkan keutamaan semisal itu pula.[14]


[15]

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ

Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.


Artinya:

“Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik Allah kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca 100 x dalam sehari)

Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan dzikir tersebut dalam sehari sebanyak 100 x, maka itu seperti membebaskan 10 orang budak, dicatat baginya 100 kebaikan, dihapus baginya 100 kesalahan, dirinya akan terjaga dari gangguan setan dari pagi hingga petang hari, dan tidak ada seorang pun yang lebih baik dari yang ia lakukan kecuali oleh orang yang mengamalkan lebih dari itu.[15]  


[16]

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ: عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ

Subhanallah wa bi-hamdih, ‘adada kholqih wa ridhoo nafsih. wa zinata ‘arsyih, wa midaada kalimaatih.


Artinya:

“Maha Suci Allah, aku memujiNya sebanyak makhluk-Nya, sejauh kerelaan-Nya, seberat timbangan ‘Arsy-Nya dan sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya.” (Dibaca 3 x di waktu pagi saja)


Faedah: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada Juwairiyah bahwa dzikir di atas telah mengalahkan dzikir yang dibaca oleh Juwairiyah dari selepas Shubuh sampai waktu Dhuha[16]


[17]

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Allahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon thoyyibaa, wa ‘amalan mutaqobbalaa.


Artinya:

“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).” (Dibaca 1 x setelah salam dari shalat Shubuh)[17]


[18]

أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

Astagh-firullah wa atuubu ilaih.


Artinya:

“Aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya.” (Dibaca 100 x dalam sehari)[18]

 






Sumber : https://rumaysho.com

Tadabbur Surat Al - Humazah ( surah ke - 104 )


وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ . الَّذِي جَمَعَ مَالًا وَعَدَّدَهُ . يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ . كَلَّا لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ . وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ . نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ . الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ . إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةٌ . فِي عَمَدٍ مُمَدَّدَةٍ




Artinya:

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.



Surat al-Humazah ini adalah Makkiyah (diturunkan pada periode sebelum hijrah). Sebagaimana hal itu dijelaskan oleh para Ulama Tafsir seperti al-Qurthuby.


Tadabbur Surat Al - Humazah



Asbabun Nuzul


Asbabun Nuzul Surat Al Humazah dijelaskan oleh Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir. Muqatil mengatakan, surat ini turun mengenai Walid bin Mughirah. Dia selalu menggunjing Rasulullah ketika tidak berada di hadapan beliau dan mencela ketika berada di hadapan beliau.


Tak hanya Walid bin Mughirah, Umayyah bin Khalaf juga melakukan itu. Karenanya Muhammad bin Ishak dan Suhaili menyebut asbabun nuzul Surat Al Humazah terkait perbuatan Umayyah bin Khalaf.


Abu Hayyan menyebut nama lebih banyak. “Surat ini turun mengenai Akhnas bin Syariq, Ash bin Wail, Jaamil bin Mu’ammar, Walid bin Mughirah atau Umayyah bin Khalaf. Itu beberapa pendapat yang ada. Mungkin juga surat ini turun mengenai mereka semua. Dengan demikian, secara umum surat ini ditujukan kepada semua orang yang memiliki sifat-sifat ini."



Surat Al Humazah ayat 1


وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ


Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,



Kata wail (ويل) digunakan untuk menggambarkan kecelakaan dan kenistaan. Juga untuk mendoakan seseorang agar mendapatkan kecelakaan. Kata wail biasa diartikan kecelakaan. Dan banyak dipahami ulama sebagai kecelakaan yang akan terjadi di masa depan. Maka ayat pertama ini mengandung ancaman, bahwa akan celakalah humazah dan lumazah.


Ada pula yang berpendapat bahwa wail adalah nama satu lembah di neraka. Sehingga humazah dan lumazah akan disiksa di sana.


Kata humazah (همزة) merupakan bentuk jamak dari hammaaz (هماز). Ia berasal dari kata al hamz (الهمز) yang artinya tekanan dan dorongan yang keras. Huruf hamzah dinamai demikian karena ketika mengucapkannya posisi lidah berada di ujung tenggorokan sehingga dibutuhkan dorongan. Hamazatis syayathin (همزات الشياطين) berarti dorongan-dorongan syetan untuk melakukan kejahatan.


Dari arti itu, humazah berkembang menjadi mendorong orang lain dengan lisan. Yakni menggunjing, mengumpat dan mencela orang lain tidak di hadapannya.


Sedangkan kata lumazah (لمزة) merupakan bentuk jamak dari lammaaz (لماز). Ia berasal dari al lamz (المز) yang digunakan untuk menggambarkan ejekan yang mengundang tawa. Sebagian ulama mengartikan lumazah adalah mengejek dengan menggunakan isyarat mata atau tangan disertai kata-kata yang diucapkan secara berbisik.


Ibnu Katsir menafsirkan, humazah mencela dengan ucapan. Sedangkan lumazah mengejek dengan perbuatan.


Dalam Tafsir Al Munir dijelaskan, humazah adalah menggunjing dan mencela kehormatan manusia. Sedangkan lumazah artinya menghina, biasanya dengan isyarat alis, mata dan tangan.


Keduanya, humazah dan lumazah, akan celaka. Mereka akan disiksa dengan siksaan pedih karena perbuatannya. Ancaman ini tidak hanya berlaku bagi Walid bin Mughirah dan Umayyah bin Khalaf, namun juga berlaku bagi semua humazah dan lumazah baik yang hidup di masa dulu, masa kini maupun masa yang akan datang.



Surat Al - Humazah ayat 2

الَّذِي جَمَعَ مَالًا وَعَدَّدَهُ

yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya


Pada ayat ini dijelaskan sifat tercela yang lain yaitu ambisi tinggi dalam mengumpulkan harta dan sangat kikir/ pelit.

Saking cintanya yang mendalam pada harta ia selalu menghitung-hitung ulang hartanya untuk memastikan tidak berkurang. Pagi dihitung, siang dihitung ulang, malam pegang kalkulator lagi (disarikan dari penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin). Bukan setiap penghitungan harta tercela. Justru kadangkala menjadi wajib atau sebaiknya dilakukan. Seperti menghitung harta untuk membayar zakat atau menghitung harta yang menjadi tanggungannya untuk memberi bagian pihak yang kerjasama bagi hasil dengannya agar tidak terdzhalimi sedikitpun, dan lainnya. 


Surat Al Humazah ayat 3


يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ


dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya,



Inilah panjang angan-angan itu. Ia tertipu dengan dunia sehingga merasa bahwa hartanya itu akan  membuatnya kekal.


Kata akhladahu (أخلده) berasal dari kata al khuld (الخلد) yang artinya kekal. Dalam ayat ini digunakan bentuk kata kerja lampau (fi’il madhi) tetapi maksudnya adalah masa datang (mudhari’). Mengisyaratkan persangkaannya itu sangat mantap seperti kepastian yang pasti terjadi. Ia merasa selamanya akan dalam kondisi itu, banyak harta, banyak pengikut, memiliki kekuasaan.


Mungkin saja ia masih sadar bahwa dirinya akan mati. Tetapi ia tidak pernah menyiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Seakan-akan ia hidup abadi di dunia ini dengan hartanya.


Banyaknya harta pada dirinya menyebabkan ia panjang angan-angan, seakan-akan ia akan hidup selamanya: ingin beli ini, kemudian beli itu, kemudian bikin bangunan ini, dan keinginan duniawi lainnya. 


Setiap manusia sangat yakin akan datangnya kematian. Namun kebanyakan amal perbuatannya tidak menunjukkan keyakinan bahwa ia akan mati. Terus menerus menumpuk harta dan kemewahan dunia, lupa dengan akhirat.



Surat Al Humazah ayat 4


كَلَّا لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ


sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.



Allah menegaskan bahwa apa yang ia sangka benar-benar keliru. Ia tidak mungkin kekal di dunia ini. Bahkan orang yang suka mengumpulkan harta dan suka mencela itu akan dilemparkan ke dalam neraka.



Kata al huthamah (الحطمة) berasal dari kata hathama (حطم) yang artinya hancur. Dengan demikian secara bahasa, al huthamah artinya sangat menghancurkan dan membinasakan.


al-Huthomah adalah salah satu nama Neraka. Disebut al-Huthomah dari kata hathoma (huruf inti: ha’-tho’-mim) yang artinya : penghancur atau pembinasa. Dinamakan demikian karena setiap orang yang dilemparkan ke dalamnya akan hancur dan luluh lantak binasa. Sebagaimana jika semut-semut diinjak-injak, dilindas, dan digilas oleh rombongan pasukan berkendaraan maupun berjalan kaki.



Surat Al Humazah ayat 5 


وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ



Tahukah kalian apakah al-Huthomah itu?


“tahukah kalian apakah al-Huthomah itu” adalah ungkapan untuk membangkitkan kengerian dan ketakutan yang dahsyat terhadapnya. Bahwa itu bukanlah suatu hal yang biasa, namun justru di luar akal manusia untuk menjelaskannya. 




Surat Al Humazah ayat 6

نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ



 (Yaitu) Api Allah yang dinyalakan


Api tersebut dinyalakan atas perintah Allah, bukan api yang dinyalakan oleh raja-raja dunia. Sehingga tentu saja akibat adzab yang ditimbulkannya tidak bisa dibayangkan, sungguh sangat mengerikan dan menakutkan (lihat penjelasan dalam Ruuhul Ma’aaniy karya al-Aluusiy dan Fathul Qodiir karya asy-Syaukaaniy).



Surat Al Humazah ayat 7 


الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ


yang (membakar) sampai ke hati.



Api ini membakar seluruh tubuhnya hingga hatinya. Hatinya dibakar sebab ia  adalah tempat kemusyrikan dan kekufuran. Hatinya dibakar karena menampung segala kedurhakaan.


Api dunia rasa panasnya dirasakan oleh kulit yang bersentuhan langsung dengannya saja, sedangkan api akhirat akan dirasakan hingga hati. Dalam kehidupan dunia, jika rasa sakit telah mencapai hati (jantung), maka itu akan menyebabkan kematian. Namun, di akhirat tidak ada kematian, hanya saja diibaratkan rasa sakit yang dahsyat itu seakan-akan seperti mengakibatkan kematian (disarikan dari Tafsir al-Qurthubiy).


Surat Al Humazah ayat 8


إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةٌ


Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,



Hal ini semakna dengan firman Allah pada ayat terakhir dalam surat al-Balad:

عَلَيْهِمْ نَارٌ مُؤْصَدَةٌ

Di atas mereka api yang tertutup (rapat) (Q.S al-Balad ayat 20)

Qotadah –seorang Tabi’i- menjelaskan: tertutup (rapat) tidak ada cahaya dan tidak ada celah (sedikitpun) dan mereka (kaum kafir, pent) tidak bisa keluar darinya selama-lamanya (Tafsir Ibn Katsir surat al-Balad ayat 20)

Artinya, setelah masuk ke sana mereka tidak akan dikeluarkan lagi. Dikunci mati di dalamnya,” tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar.

Sungguh sangat berat tak terperikan siksaan itu. Seorang yang dikurung dalam ruang sempit yang pengap saja sudah sangat menyiksa, bagaimana lagi jika dinyalakan api hingga terbakar di dalamnya. Ini kehidupan di akhirat, jelas lebih dahsyat dibandingkan rasa tersiksanya seorang yang terkurung dalam mobil atau kamar yang sempit tak ada ventilasi sedikitpun dan ia terbakar di dalamnya.
Semoga Allah melindungi kita semua dari hal itu.


Surat Al Humazah ayat 9 

فِي عَمَدٍ مُمَدَّدَةٍ

Arti Kalimat: pada tiang-tiang yang dipancangkan (dibentangkan)

Muqatil Ibnu Hayyan menjelaskan, “Pintu-pintu neraka tertutup atas mereka. Kemudian neraka tersebut dikuatkan dengan tiang-tiang dari besi. Tidak ada satu pun pintu yang dibuka bagi mereka dan tidak ada udara yang masuk ke mereka.”


Tiang-tiang itu dibentangkan pada setiap sudut sehingga orang-orang yang diadzab itu tidak bisa membuka pintu atau keluar darinya (penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin dalam Tafsir Juz Amma)





Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Qur’an menyebutkan, lukisan pemandangan siksaan dalam surat ini sangat sesuai dengan tindakan mereka yang suka mengumpat dan mencela, suka mencaci dan memaki. Bahkan redaksi ayat dalam surat ini berbeda dari surat-surat lainnya. Tekanan suara pada lafal-lafal ayat menujukkan kekerasannya.


Begitu tegas Allah mengancam dan menunjukkan gambaran siksanya atas orang yang suka mengumpat dan mencela menunjukkan betapa hinanya tindakan mereka. Dan Dia mengingatkan kepada orang-orang beriman agar jangan sampai jiwa mereka dihinggapi moralitas yang hina dina ini.



Semoga menguatkan iman dan akhlak kita, terhindar dari sifat mengumpat dan mencela. Aamiin Yaa Rabbalalamin. 


Wallahu a’lam bish shawab.





referensi : 


-Bersamadakwah.net 

_Bekalislam.com


Tadabbur Al-Qur’an Surat Al-Ashr ( surah ke - 103 )

 بسم الله الرحمن الرحيم



وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)


Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.



Al-Ashr artinya zaman atau masa, padanya manusia bergerak melakukan perbuatan baik ataupun perbuatan buruk. Ada juga yang berpendapat lain, seperti diriwayatkan oleh Zaid Ibnu Aslam bahwa makna yang dimaksud adalah waktu Ashar. Namun arti yang terkenal adalah arti Al - Ashr itu zaman atau masa. 



Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan bahwa manusia itu benar - benar dalam kerugian, rugi dan juga binasa . Kecuali orang - orang yang beriman dan suka mengerjakan amal saleh. 

Jenis manusia yang terhindar dari kerugian dan kebinasaan adalah mereka yang beriman hatinya dan juga beriman seluruh anggota tubuhnya dengan mengerjakan amal - amal saleh. Juga saling menasehati supaya selalu melakukan kebenaran, melakukan semua yang Allah perintahkan dan juga meninggalkan apa yang Allah larang. Serta saling memberikan nasihat supaya tetap dalam koridor kebenaran dan kesabaran. 

 

Ayat 1 

Dalam ayat ini Allah Ta’ala bersumpah dengan masa, waktu yang kita lalui dalam hidup, zaman yang kita lalui, masa demi masa yang terjadi dengan banyak kejadian yang menjadi bukti atas kekuasaan Allah Ta’ala yang mutlak, serta hikmah Allah Ta’ala yang tinggi, ilmu yang sangat luas. 

Al - Ashr juga bisa diberikan makna waktu / umur. Umur ini merupakan nikmat yang sangat besar yang Allah berikan kepada kita supaya kita gunakan untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. 

Kata Al-Ashr juga bisa diartikan waktu Ashr, yaitu waktu petang hari ketika bayang - bayang badan sudah lebih panjang dari badan kita. 

Dikatakan Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar mengutip apa yang disampaikan Muhammad Abduh bahwa sudah menjadi kebiasaan bangsa Arab jika sudah sore hari, mereka duduk bercakap - cakap membicarakan soal hidup dan cerita lain tentang urusan sehari - hari. Banyak percakapan yang melantur bahkan sampai terjadi pertengkaran, sakit hati dan bermusuhan. Maka dari itu ada yang mengutuk waktu ashar, mengatakan waktu Ashar adalah waktu yang celaka atau naas, karena banyak hal yang tidak enak terjadi pada waktu itu. 

Maka, datanglah ayat ini yang memberikan peringatan. BUkan waktu ASharnya yang salah namun manusianya yang salah mempergunakan waktu, waktu tidak dipergunakan dengan sebaiknya, malah digunakan untuk bercakap - cakap yang tidak tahu ujungnya. Jika manusia bisa memanfaatkan waktu ashar dengan baik maka waktu akan memberikan manfaat. 

Allah Ta’ala menjadikan “Masa” menjadi sumpah supaya diperhatikan oleh manusia dan tidak disia - siakan atau diabaikan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

“Dua kenikmatan yang kebanyakan orang lalai di dalamnya; kesehatan, dan waktu senggang” (HR. At Tirmidzi no. 2304, dari shahabat Abdullah bin Abbas).

Makanya, manusia harus memperhatikan waktu, masa dan umur dengan sebaiknya karena kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Ta’aka. 

Ayat 2 

Allah Ta’ala mengungkapkan bahwa manusia itu sebagai mahluk Allah yang dalam keadaan merugi / dalam kondisi kerugian. 

Lafazh al-insan dalam ayat ini secara kaidah tata bahasa Arab mencakup manusia yang umum tanpa kecuali, tidak memandang agama, jenis kelamin, status, martabat dan juga jabatan. Disebutkan semua manusia dalam keadaan celaka dan rugi, kecuali manusia yang memiliki empat sifat yang dijelaskan pada ayat 3. 

 

Ayat 3

Dijelaskan pada ayat ini supaya manusia tidak berada dalam kerugian, harus memenuhi empat syarat. Yaitu, beriman, beramal saleh, saling menasehati dalam kebenaran & saling menasehati dalam kesabaran. 

Sebagian ulama menjelaskan bahwa dalam agama ini, ada pengetahuan dan pengamalan. Keyakinan dan juga perbuatan. Iman itu adalah pengetahuan dan keyakinan. Amal saleh adalah pengamalan dan perbuatan , sedangkan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran adalah dakwah yang merupakan bentuk amal saleh supaya orang lain juga beriman dan beramal saleh. 

Sesungguhnya kita sebagai manusia mendambakan kesuksesan, keberuntungan dan juga kebahagiaan dunia akhirat. Mari kita jalankan dan amalkan kandungan surat Al Ashr ini sesuai perintah Allah dan contoh Rasulullah. Semoga kita semua senantiasa dalam kebaikan dunia akhirat, aamiin. 

 

 

Terimakasih,

Wassalam,

Tian Lustiana 

 

 

Sumber : 

https://tarbawiyah.com/

https://bersamadakwah.net/

https://alhikmah.ac.id/